Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ahli Psikologi: Menikmati Suasana Pantai sama Seperti Meditasi Ringan

Ketika seseorang berada di pantai dapat mengubah frekuensi gelombang otak dalam kondisi meditasi ringan.

3 Januari 2022 | 13.13 WIB

Foto udara sejumlah wisatawan berada di pinggiran pantai Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB. ANTARA/Ahamad Subaidi
Perbesar
Foto udara sejumlah wisatawan berada di pinggiran pantai Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB. ANTARA/Ahamad Subaidi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Saat liburan, pantai merupakan salah satu destinasi favorit untuk melepaskan penat. Ternyata, menikmati suasana pantai memiliki manfaat untuk kesehatan. Ahli psikologi klinis Richard Shuster menjelaskan, bahwa warna biru dikaitkan dengan perasaan damai. Ketika seseorang berada di pantai dapat mengubah frekuensi gelombang otak dalam kondisi meditasi ringan, seperti dikutip dari situs web Common Seas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut Shuster, bunyi debur ombak akan menstimulus otak dengan visual hamparan luas laut. Itu juga mengaktifkan saraf parasimpatis atau jaringan rangsangan yang mengontrol tubuh saat istirahat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat di tepi laut selain menikmati pemandangan alam, biasanya orang tergerak untuk melakukan aktivitas fisik seperti berlari. Aktivitas fisik itu membuat pernapasan menjadi lebih baik. Sistem pernapasan yang makin baik dapat meningkatkan harapan hidup juga untuk sirkulasi darah di otak. 

Tak hanya baik untuk kesehatan mental, kandungan mineral seperti kalium, magnesium, klorida, dan natrium yang ada dalam air laut juga bermanfaat untuk kesehatan.  Kandungan mineral baik untuk rambut dan kulit,bahkan membantu untuk efek antiinflamasi atau antiperadangan. Hal ini banyak dimanfaatkan orang yang mengalami penyakit eksim. 

Laut juga menghasilkan ion negatif yang dapat memberikan efek antidepresan (mengurangi perasaan tertekan). Perbedaan suasana hati dipengaruhi respons ion negatif dan positif, menurut Clarence Hansell yang meneliti efek biologis dari udara ion, seperti dikutip Inc.  Hansel menjelaskan, udara segar di alam yang terionsiasi dapat mengurangi gejala gangguan afektif atau seasonal affective disorder (SAD).


TATA FERLIANA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus