Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Banyuwangi - Ribuan masyarakat dan puluhan wisatawan asing mendatangi puncak rangkaian Festival Gandrung Sewu di Pantai Boom Marina, Kabupaten Banyuwangi, pada Sabtu siang, 26 Oktober 2024. Mereka menyaksikan penampilan tari kolosal Gandrung Sewu yang dibawakan oleh 1.350 penari Gandrung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penjabat Bupati Banyuwangi, Sugirah, saat membuka Gandrung Sewu, Sabtu 26 Oktober 2024 mengatakan bahwa gandrung sewu bukan sekedar tarian, namun upaya pelestarian warisan budaya yang lekat dengan tradisi masyarakat Banyuwangi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gandrung Sewu membantu melestarikan warisan budaya dan kearifan lokal yang bisa menjaga alam dan keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan," kata Sugirah.
Menurut dia, event Festival Gandrung Sewu memberikan efek domino positif bagi ekonomi lokal karena melibatkan semua pihak. Sugirah mencontohkan hunian hotel terisi penuh, pedagang UMKM kebanjiran pembeli, dan tiket pesawat ke Banyuwangi juga ludes. Alhasil, sejak 2012, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi rutin menggelar Festival Gandrung Sewu setiap tahun.
Masuk Karisma Event Nusantara 2024
Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Restog Krisna Kusuma, mengatakan Festival Gandrung Sewu masuk dalam Karisma Event Nusantara 2024. Ia mengapresiasi semua pihak yang telah berkolaborasi mengangkat ekonomi kreatif seni dan budaya di Banyuwangi.
"Gandrung Sewu terpilih sebagai Karisma Event Nusantara 2024 karena keunikan, konsep, dan inovasi. Sehingga event ini punya daya tarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Kami merasakan betul energi positif yang luar biasa di event ini," ujar Restog.
Ia menegaskan perlu sinergi lintas sektor untuk menggairahkan ekonomi daerah, seperti di Kabupaten Banyuwangi. Restog mengajak pemerintah daerah lain meniru cara Pemkab Banyuwangi mengoptimalkan potensi seni dan budaya. "Bisa jadi contoh daerah lain supaya melaksanakan event seperti ini," kata dia.
Seorang penari gandrung sewu asal SDN 1 Bumiharjo, Kecamatan Glenmore, Kamiliairdina Widiyan Putri, sangat senang bisa tampil bersama ribuan penari Gandrung. Siswi kelas V itu baru pertama kali ini tampil di Festival Gandrung Sewu. Kamiliairdina mesti lolos seleksi tingkat kecamatan untuk mengisi kuota 52 penari asal Glenmore. Pada tari kolosal gandrung sewu 2024, ia tampil dalam formasi gandrung cilik.
Tingginya antusiasme penonton memaksa panitia menyediakan layar lebar di area pertunjukkan. Penonton yang tidak ingin berjubel dan kesulitan mendekati pentas bisa menonton Gandrung Sewu lewat layar lebar.
Tema Payung Agung
Adapun Ketua Pelaksana Gandrung Sewu, Suko Prayitno, menambahkan Gandrung Sewu tahun ini mengambil tema Payung Agung yang merepresentasikan keberagaman etnis dan budaya di Kabupaten Banyuwangi, seperti Osing, Jawa, Bali, Mandar, dan Madura. Menurut Suko, tari kolosal Gandrung Sewu membawakan gerakan dan alunan musik dari keragaman etnis yang telah memberi sentuhan seni dan budaya di Banyuwang.
"Gandrung Sewu tema Payung Agung itu bermakna mengayomi beberapa etnis yang hidup di Banyuwangi dan dipersatukan lewat kesenian. Jadi ada tarian Madura, Bali, Jawa, Mandar, dan Osing, tapi tetap dalam posisi tari gandrung. Apapun suku dan tradisinya, tetap disatukan dengan budaya tari gandrung, yang membedakan pada gerakan dan musiknya," lanjut Suko Prayitno.
Sehari sebelumnya, ribuan penari gandrung sewu telah mengikuti ritual meras gandrung sebagai tahap akhir sebelum tampil penuh hari ini. Rangkaian Festival Gandrung Sewu tahun 2024 diawali Festival Padang Ulanan di Pantai Boom Marina pada Kamis, 24 Oktober 2024, yang menampilkan ragam kesenian tari Bumi Blambangan oleh seniman-seniman cilik asal Banyuwangi. Mereka menampilkan tari gandrung gurit mangir, tari cunduk menur, jakripah, sorote lintang, paju gandrung, dan jaranan buto.