Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Atlet, ofisial, dan wisatawan PON XX Papua 2021 mengisi waktu setelah bertanding dengan berwisata ke sejumlah tempat di Papua. Salah satunay adalah Tugu Mac Arthur di dalam Kompleks Resimen Induk Kodam atau Rindam XVII/Cenderawasih, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Monumen ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Papua. Namun karena berada dalam kompleks militer, maka setiap pengunjung wajib melapor ke pos jaga Rindam dengan mengisi buku tamu. Di situs ini, wisatawan tak hanya bisa mengenal siapa itu Mac Arthur, namun juga menikmati pemandangan ke Danau Sentani dan Bandara Sentadi dari ketinggian Gunung Ifar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan monumen Mac Arthur buka setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai 16.00 WIT. Tidak ada biaya untuk masuk. Namun setiap sepeda motor dikenai parkir Rp 10 ribu dan mobil Rp 20 ribu. "Situs ini menjadi destinasi wisata menarik untuk wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara," kata Hari Suroto.
Sebelum pandemi Covid-19, sebagian besar wisatawan mancanegara yang datang berasal dari Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris. "Mereka adalah generasi kedua atau generasi ketiga yang kakek-nenek atau orang tuanya pernah mengalahkan Jepang di Papua saat Perang Pasifik pada 1944," katanya. Khusus wisatawan mancanegara, mereka dilarang masuk ketika tentara Rindam XVII/Cenderawasih sedang berlatih menembak.
Jenderal Douglas MacArthur (awm.gov.au)
Lantas siapa Mac Arthur ini? Mac Arthur adalah seorang jenderal flamboyan asal Amerika Serikat yang menjadikan Gunung Ifar di Sentani sebagai markas besar Komando Pasifik Barat Daya. Mac Arthur membangun markas yang megah di puncak gunung, lengkap dengan kafe dan bioskop.
Dari sini, dia dapat melihat pergerakan pesawat yang lepas landas maupun mendarat di lapangan terbang Sentani. Markas yang megah ini sempat menjadi kontroversi di Amerika Serikat karena dianggap sebagai bentuk pemborosan saat pasukan berjuang mengalahkan Jepang. Namun Mac Arthur bergeming.
Mac Arthur cuek dengan beragam penilaian dan pemberitaan tentang dirinya di Amerika Serikat. Dari markasnya yang megah di Sentani, Papua, Mac Arthur memimpin pertempuran dengan menerapkan ide lompat katak. Salah satu hobi jenderal ini adalah makan es krim. Selama pertempuran di Papua, Amerika Serikat mengirimkan ribuan ton es krim yang langsung dibagikan kepada pasukan untuk merayakan kemenangan.
Landasan terbang Bandara Sentani, Papua, terlihat dari Tugu Jenderal Douglas MacArthur. Dok. Balai Arkeologi Papua
Perayaan dengan es krim merupakan kebiasaan dari komandan tertinggi, Jenderal Douglas Mac Arthur. Setiap berhasil dalam pertempuran. es krim menjadi simbol ikatan batin yang kuat, sejati, dan suci di antara sesama teman seperjuangan, senasib, dan sepenanggungan, yang terkadang melebihi ikatan dari saudara kandung.
Kendati menjadi kontroversi di Amerika Serikat, Jenderal Mac Arthur adalah legenda di Papua. Banyak karya infrastrukturnya di Jayapura, Papua. Mulai dari rumah sakit, pelabuhan, jalan raya, hingga Bandara Sentani. Infrastruktur tersebut masih bisa digunakan oleh masyarakat Papua hingga kini.
Baca juga:
Kopi Kiwirok Paling Dicari Selama PON XX Papua 2021, Masuk Cup of Excellent