Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu jenis pekerjaan yang kehilangan penghasilan di masa wabah corona adalah jasa pemandu wisata. Mereka adalah orang yang tahu persis seluk-beluk sebuah objek wisata dan mampu menyampaikannya dengan baik kepada wisatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayang, selama pandemi Covid-19 jasa pemandu tak lagi digunakan karena tak ada wisatawan datang datang ke objek wisata. Untuk membantu mereka, sekelompok mahasiswa membentuk komunitas kerja bernama Pirtual Project. Mereka mengajak masyarakat mengikuti wisata dengan didampingi langsung oleh pemandu di destinasi wisata tertentu melalui aplikasi Zoom.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program Pirtual Project diinisiasi sejumlah mahasiswa yakni Reza Permadi, Irwan Thamrin, Fahriza Junizar, Muhammad Fakhri Jamaluddin, dan Nurul Aldha. Mereka adalah mahasiswa Program Magister Pariwisata Berkelanjutan Sekolah Pascasarjana Universitas Padjajaran atau Unpad Bandung.
"Program ini kami buat berangkat dari keprihatinan melihat keterpurukan sektor pariwisata di masa pandemi Covid," kata Reza Permadi, pimpinan program Pirtual Project itu dalam keterangannya kepada Tempo, Sabtu 9 Mei 2020. Reza mengatakan sudah dua kali menggelar wisata virtual dengan mengajak masyarakat ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan, dan Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta.
"Dari program pertama ke Tana Toraja dan Desa Wisata Ngalanggeran, pesertanya bertambah sampai 80 persen," kata dia. "Di tengah pandemi Covid ini, masyarakat sebenarnya butuh sekali hiburan."
Sejumlah tau-tau (patung miniatur orang mati) diletakkan di atas peti jenazah di Pekuburan Gua Tampang Allo, Kecamatan Sangalla, Tana Toraja, 26 Desember 2017. Di dalam gua ini terdapat banyak erong erong atau peti jenazah dalam berbagai bentuk seperti kerbau babi,dan perahu. TEMPO/Iqbal Lubis
Berkaca dari antusiasme peserta program selama dua pekan pertama itu, komunitas ini kembali mempersiapkan program virtual tour untuk dua minggu ke depan dengan destinasi Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, dan Sawahlunto, Sumatera Barat. Pemilihan destinasi wisata dibuat beragam untuk membuka wawasan pariwisata dan kesempatan yang lebih luas bagi pemandu wisata.
Reza mengatakan tak ada kriteria atau batasan khusus dalam pemilihan destinasi tur virtual Pirtual Project. Bahkan kawasan agrowisata pun bisa menjadi objek untuk divirtualkan. Hanya saja, perlu diperhatikan terpenuhinya infrastruktur citra atau gambar yang mendukung destinasi yang dituju serta koneksi Internet yang stabil.
Peserta yang hendak mengikuti tur virtual lewat Pirtual Project ini bisa mendaftar melalui laman https://bit.ly/PirtualTour. Di tautan tersebut sudah tertera berapa biaya yang dipungut untuk mengikuti tur virtual tersebut. "Semua biaya yang dibayarkan peserta adalah untuk pemandu wisata," kata Reza.
Saat tur virtual berlangsung, wisatawan daring bisa berkomunikasi langsung dengan pemandu wisata. "Komunikasi dua arah ini adalah pengalaman tur virtual yang mungkin tidak bisa ditemukan dengan menonton siaran di televisi," kata Reza.
Misalkan tur virtual agrowisata dengan tema kebun kopi, maka wisatawan bisa mendapatkan penjelasan dari pemandu mengenai seluk beluk kopi, tips membeli kopi, sampai cara masyarakat menikmati kopi. Setelah tur selesai, wisatawan online ini biasanya akan penasaran dan muncul keinginan datang ke objek wisata tersebut satu saat nanti.
Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, DIY. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Seorang pemandu wisata yang pernah mendampingi wisatawan online lewat Pirtual Project, Sugeng Handoko mengatakan metode wisata daring ini membantu mempromosikan sekaligus mempertahankan geliat ekonomi pelaku pariwisata. Beberapa waktu lalu, Sugeng memandu wisatawan online di Desa Wisata Nglanggeran.
Saat itu, dia mengajak peserta menikmati detil jalan-jalan di Gunung Api Purba, Embung Nglanggeran, Air Terjun Kedung Kandang, Griya Cokelat Nglanggeran, Homestay, serta Kampung Pitu. Sugeng yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran, memberikan tip dan trik untuk mencapai desa tersebut.
Mengenai biaya, Sugeng mengatakan ongkos tur virtual bervariasi, mulai Rp 22.500 sampai Rp 50 ribu per orang, tergantung saat pendaftaran. "Semakin banyak peserta yang ikut didaftarkan dalam satu paket wisata akan kian murah," kata dia.
Setelah memandu wisatawan secara virtual, Sugeng mengatakan banyak orang yang mengajukan pertanyaan melalui media sosial atau langsung menghubungi Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran. "Sebagian besar menanyakan apakah desa wisata ini sudah buka? Ternyata banyak yang kangen ingin naik gunung dan jalan-jalan di desa," ujarnya.