Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bepergian dengan pesawat, baik untuk urusan pekerjaan, kunjungan keluarga, atau liburan, sering kali menjadi momen yang ingin dibagikan di media sosial. Banyak orang mengunggah foto pemandangan, kuliner, hingga suasana bandara sebelum keberangkatan. Salah satu kebiasaan yang kerap dilakukan adalah memposting foto boarding pass sebagai tanda keberangkatan. Namun, tanpa disadari, tindakan tersebut menimbulkan risiko besar yang mengancam keamanan pelancong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika dokumen itu dibagikan kepada orang lain maka akan terbuka celah pelaku kejahatan untuk mencuri data pribadi penumpang. Boarding pass memuat banyak informasi tentang profil diri dan penerbangan penumpang. Dari gambar yang diunggah, siapa pun orang jahat di Internet dapat menggunakan data tersebut untuk menggagalkan perjalanan.
Informasi dalam Boarding Pass
Pada dasarnya, semua informasi yang dibutuhkan peretas untuk mengubah reservasi tercetak pada boarding pass. Nama lengkap, bandara keberangkatan dan kedatangan, informasi penerbangan, hingga pencari catatan pemesanan, yang dikenal sebagai catatan nama penumpang atau PNR, semua ada di dokumen tersebut, baik dicetak teks biasa atau tertanam dalam kode batang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Krishna Sampigethaya, Ketua Departemen Keamanan dan Intelijen Siber di Universitas Aeronautika Embry-Riddle, mengatakan beberapa informasi di antaranya, seperti nomor frequent flyer, bisa lebih rumit. "Jika ada akses ke nomor frequent flyer, hal itu membuka peluang bagi seseorang yang memiliki niat lebih jahat," kata dia, dikutip dari USA Today, Kamis 6 Maret 2025.
Unggahan tersebut akan semakin membuka peluang kejahatan lebih besar apabila dibagikan di akun media sosial yang bersifat publik. Siapa pun yang melihat unggahan itu akan memiliki akses ke informasi tersebut dan dapat masuk ke pemesanan pelancong serta mengubah berbagai hal tanpa sepengetahuan pemilik. “Anda harus berhati-hati untuk tidak mengunggah hal-hal yang memiliki kode batang ke publik,” ujar Sampigethaya.
Berbekal informasi pada boarding pass, peretas atau penjahat internet dapat mencoba mengakses akun penumpang serta mencuri miles frequent flyer, mengubah reservasi, atau melakukan jenis kejahatan lainnya. Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk terus berhati-hati dengan apa yang akan dibagikan di media sosial dan selalu mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul dari apa yang diunggah.
Risiko Mengunggah Label Bagasi
Boarding pass bukan satu-satunya barang yang dilarang untuk diunggah, benda lain seperti label bagasi serta dokumen yang memuat data diri sebaiknya tidak diposting di media sosial. Meskipun mengandung informasi pribadi lebih sedikit dibanding kartu boarding, tapi benda tersebut tetap menimbulkan risiko keamanan.
"Kekhawatiran utamanya adalah jika seseorang dapat memalsukan kode batang, mereka mungkin dapat memasukkan tas yang tidak sah ke dalam rantai pasokan," katanya. "Setelah perjalanan selesai, tidak banyak yang dapat dilakukan dengan label bagasi," tambah Sampigethaya.
Cara Melindungi Data Diri saat Bepergian
Ketika bepergian, pelancong perlu berhati-hati dalam melindungi data pribadi. Selain tidak membagikan gambar boarding pass, penumpang juga harus mempertimbangkan cara membuang dokumen tersebut setelah selesai menggunakannya. "Jika Anda membuang boarding pass tanpa merobek bagian kode batangnya, Anda membuka diri terhadap potensi masalah," ucapnya.
Tidak hanya larangan membagikan informasi pribadi, pelancong juga sebaiknya menghindari pemakaian Wi-Fi yang tidak dikenal ketika bepergian. Terkadang, peretas membuat jaringan Wi-Fi yang tidak terlalu mencurigakan di tempat umum untuk mencuri data pengguna. Oleh karena itu, saat melakukan perjalanan lebih aman menggunakan koneksi internet pribadi. Lalu, hindari melihat situs web sensitif seperti memerikasi saldo rekening dengan sambungan Internet hotel atau bandara.
NIA NUR FADILLAH