Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Kementerian Perhubungan mencabut status Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel), sebagai international airport sejak beberapa pekan yang lalu. Kini SMB II berstatus sebagai bandara domestik. Penurunan kelas ini membuat pengusaha pariwisata dan blogger kecewa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kurmin Halim, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatra Selatan, mengaku kecewa atas keputusan tersebut. Menurutnya putusan itu akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan industri parawisata di Sumsel. Kedatangan wisatawan asing, katanya, akan menurun jauh sebab mereka harus transit dari daerah lain bila ingin melancong ke Palembang. Kebijakan itu akan membuat biaya perjalanan jadi meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini otomatis akan menurunkan tingkat hunian hotel yang ada di Sumsel karena hanya menggandalkan wisatawan domestik," katanya, Selasa, 30 April 2024.
Dengan tempat wisata yang terbatas maka akan sulit bagi dearah ini bersaing dengan daerah lain dalam rangka menarik wisatawan ke Palembang.
Penerbangan ramai sebelum Covid
Kurmin yang juga dikenal sebagai pemilik Hotel Classie dan KM Express Bahari juga mengungkapkan data penerbangan internasional yang terjadi sebelum masa pandemi Covid-19 yang lalu. Sebelum masa Covid, katanya, Palembang-Malaysia dan sebaiknya dalam 1 minggu tercatat 10 kali penerbangan. Dari 10 penerbangan itu teriri dari 7 hari pesawat pagi dan 3 hari pesawat jadwal siang. Juga ia mencatat adanya 7x penerbangan Singapura-Paembang (PP) dalam seminggu.
"Sekarang penerbangan tersebut nol artinya jangan lagi berharap wisatawan kedua negara akan ke Palembang kalau bukan hanya karena urusan bisnis," ujarnya.
Lebih lanjut, Kurmin menerangkan, jika pemerintah ingin mencegah rakyat Indonesia berlibur ke luar negeri maka perbaiki daerah wisata secara maksimal sebagaimana dengan Pulau Bali. Dia juga mengatakan, jika kebijakan menurunkan status Bandara SMB II ini untuk mencegah rakyat Indonesia berobat ke luar negeri maka perbaiki sarana dan prasarana serta pelayanan rumah sakit di Tanah Air.
"Kasihan mereka yang sakit dan memang harus berobat ke luar karena keterbatasan peralatan rumah sakit di Indonesia," kata dia.
Bogger juga kecewa
Kekecewaan yang sama disampaikan oleh Suzan Oktaria. Blogger asal Palembang ini mengaku pernah merasakan nikmatnya direct flight Palembang-Singapura (PP) dan Palembang-Malaysia (PP). Dalam postingan di IG pribadinya @suzanita, dia menceritakan pernah mendapatkan tiket murah hanya seharga Rp300-an ribu untuk sekali jalan ke Singapura maupun ke Malaysia.
"Sekarang harus menerima kenyataan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk terbang ke Jakarta atau Batam terlebih dahulu kalau mau ke luar negeri," katanya ketika dihubungi Selasa.
Suzan menyebut bahwa Bandara SMB II Palembang itu sudah menjadi bandara internasional sejak 1970. Keputusan downgrade ini akan berpengaruh pada nilai tawar Palembang dan Sumatra Selatan menjadi berkurang sebagai tuan rumah event internasional.
"Padahal jika di maksimalkan potensi Palembang dan Sumsel sangat besar apalagi sudah menjadi langganan penyelenggara event," ujar Suzan.
PARLIZA HENDRAWAN