Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di masa lalu, masyarakat menangkap ikan hanya dengan menggunakan sederhana. Seperti halnya yang berlaku di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, dikenal dengan nama bekarang basamo. Menangkap ikan dalam tradisi ini hanya berbekal dua wadah dari bambu yang dianyam dengan rotan. Wadah tersebut berlubang-lubang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perlengkapan tersebut di Batanghari dikenal sebagai serkam dan ambung. Yang satu untuk menggiring dan menangkap ikan, satu lagi sebagai wadah untuk menampung hasil tangkapan. Biasanya para pria yang menangkap dengan joran, dan di tepian kaum perempuan memegang wadah hasil tangkapan alias ambung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keseruan cara menangkap ikan seperti di masa lalu tersebut kembali diulang di Pematang Umo Tinggal. Sungai lebar tersebut berada di depan rumah dinas bupati Batanghari. Acara ini digelar sebagai sebuah perlombaan untuk merayakan hari ulang tahun kaabupen yang ke-70. Ada sekitar 100 pasangan yang ambil bagian dan dua hari sebelum acara yang digelar pada Sabtu, 1 Desember 2018 tersebut, panitia telah melepas sebanyak 350 kilogram ke sungai tersebut. Jenis ikan yang dilepas tersebut di antaranya ikan patin, gurami dan mas.
Kemeriahan pun terjadi sepanjang sungai. Ikan dikejar dan digiring dengan joran, dan ternyata tak selalu mudah ditangkap. Badan pun mau tak mau harus terendam dengan air sungai.
Baca Juga:
Lomba menangkap ikan dengan perlengkapan tradisional ini mengingatkan masyarakat pada tradisi di masa lalu dan diharapkan tidak ada lagi yang menggunakan teknik yang kerap dilakukan sekarang ini. Yakni, menangkap ikan dengan cara ekstrem seperti dengan bahan-bahan kimia bahkan dengan menyetrum ikan.
ANTARA