Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lelucon tentang bom di bandara atau pesawat dianggap sebagai kejahatan yang serius. Orang yang melakukan lelucon itu akan dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku di negara itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itulah yang terjadi pada seorang pria berusia 39 tahun di Malaysia. Pada 21 Oktober 2024, Pengadilan di Malaysia telah menjatuhkan hukuman kerja sosial selama 360 jam setelah ia mengaku membuat lelucon bom di terminal keberangkatan Bandara Tawau di Sabah pada Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sabrie Nulsarie, pria itu, mengaku bersalah karena membuat kegaduhan publik. Ia diperintahkan untuk menyelesaikan empat jam kerja sosial setiap hari selama periode tiga bulan, menurut dilaporkan oleh The Straits Times.
Selain kerja sosial, ia juga dikenakan jaminan sebesar RM1.000 atau Rp3,6 juta yang dijamin oleh penjamin setempat.
Menurut dakwaan, Sabrie membuat pernyataan yang menyiratkan bahwa "mungkin ada bom" saat seorang petugas polisi sedang memeriksa barang bawaan seorang penumpang wanita dari Cina di aula keberangkatan bandara pada 15 Juli. Komentarnya langsung menimbulkan kekhawatiran di antara orang-orang di bandara. Tidak ditemukan satu pun benda mencurigakan, tetapi lelucon itu berujung pada penangkapannya, menurut The Star.
Berdasarkan hukum Malaysia, dia didakwa berdasarkan Pasal 505(b) KUHP, yang menetapkan hukuman penjara maksimal dua tahun, denda, atau keduanya. Namun, pengadilan mempertimbangkan kerja samanya. Pertimbangan lainnya, terdakwa memiliki lima anak kecil dan telah mengajukan pembelaan bersalah lebih awal, sehingga menghemat waktu dan sumber daya pengadilan.
Ancaman Bom di Pesawat
Ancaman bom di bandara atau pesawat menjadi perhatian dunia akhir-akhir ini. Di India, puluhan penerbangan terganggu dalam beberapa hari terakhir karena ancaman bom palsu. Hal itu mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi maskapai penerbangan dan penundaan selama berjam-jam bagi penumpang.
Lebih dari 90 penerbangan dari bandara India telah menerima ancaman bom hanya dalam waktu seminggu, menurut laporan media lokal. Meskipun ancaman tersebut sebagian besar ditujukan pada maskapai penerbangan yang berbasis di India, ancaman tersebut juga memengaruhi maskapai penerbangan internasional.
Sebagian besar masih belum jelas siapa yang berada di balik ancaman tersebut dan apa motifnya. Pihak berwenang mengatakan mereka telah melakukan satu penangkapan tetapi menepis kemungkinan adanya konspirasi yang lebih besar.
Ancaman bom terhadap maskapai penerbangan ditanggapi dengan sangat serius di India, setelah serangkaian pengeboman dan pembajakan dari 1970-an hingga 1990-an. Pada 1985, pengeboman Penerbangan 182 Air India terjadi saat dalam perjalanan dari Toronto ke New Delhi menewaskan seluruh 329 orang, dalam serangan teroris terburuk dalam sejarah Kanada.
VN EXPRESS | MALAY MAIL | NBC NEWS
Pilihan Editor: Pesawat di India Gagal Terbang karena Ancaman Bom dari Separatis