Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Butuh Lima Tahun untuk Dapat Izin Datangkan Panda dari Cina ke Indonesia

Sebagai satwa dilindungi di negeri asalnya, regulasi Cina untuk panda sangat ketat.

10 Agustus 2023 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Indonesia tak perlu ke Cina untuk melihat panda. Satwa ikonik Negeri Tirai Bambu itu sudah ada di Taman Safari Indonesia Bogor sejak 2017. Kini, kedua giant panda yang bernama Hu Chun dan Cai Tao menjadi ikon pusat konservasi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kehadiran Hu Chun dan Cai Tao ke Indonesia bukan tanpa perjuangan. Sebagai satwa dilindungi di negeri asalnya, regulasi Cina untuk panda sangat ketat. Satu negara hanya boleh memelihara di satu tempat. Satu-satunya negara yang boleh lebih dari satu tempat adalah Thailand karena negara tersebut memiliki tempat untuk riset.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Taman Safari butuh waktu lebih dari lima tahun untuk mendatangkannya ke Indonesia dan membayar Rp 3 miliar per tahun. Panda-panda itu tetap milik Cina. Jadi jika melahirkan, anaknya akan dikembalikan ke Cina setelah berusia dua tahun. 

Mereka juga beberapa kali bolak-balik ke Indonesia sebelum akhirnya mengizinkan kedua pandanya diboyong ke Tanah Air.  

Animal curator Taman Safari Indonesia Sharmy Prastiti atau Amy mengatakan bahwa untuk mendapatkan izin memelihara panda, Indonesia melakukan kerja sama government to government dengan Cina. Selain itu, Taman Safari juga perlu memenuhi banyak persyaratan seperti tempat, pakan, hingga suhu udara.

“Prosesnya panjang, dari Presiden SBY sampai Jokowi,” kata dia.

Sebelum mendatangkan panda, Taman Safari diharuskan memastikan pakan panda, yang utamanya adalah bambu, tersedia. Jadi mereka harus menanam ratusan jenis bambu di lahan yang luasnya lebih dari enam hektare di kawasan itu. Amy dan tim sampai harus belajar ke Malaysia dan Singapura, dua negara yang sudah lebih dahulu mendatangkan panda.

“Ternyata bambu yang dimakan (panda) di Malaysia dan di Singapura, tidak disukai panda yang di sini,” kata Amy, yang mengatakan bahwa panda-panda itu hanya memakan 10 persen dari jenis bambu yang disediakan.

Untungnya, suhu udara di Bogor yang dingin sesuai dengan habitat asli panda di negara asalnya.

Selain itu, Taman Safari juga perlu menyediakan zoo atau animal keeper terbaik. Amy mengatakan ini pun jadi tantangan sendiri karena tak ada keeper yang secara sukarela mau merawat panda. Selain karena perawatan yang rumit, keeper panda juga harus punya dedikasi yang tinggi. 

“Waktu studi banding ke beberapa negara, mereka bilang hampir semua sama seperti yang saya alami, nggak ada yang mau jadi zoo keeper panda. Orang biasanya kalau dikasih kesempatan untuk naik jabatan berlomba-lomba, kalau yang ini enggak ada yang mau karena bebannya terlalu berat,” kata Amy.

Sampai saat ini, Hu Chun dan Cai Tao masih terus dipantau oleh Cina. Menurut Amy, pewakilan pemerintah Cina datang minimal setahun sekali untuk mengecek kondisi panda-panda tersebut.  

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus