Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur semestinya memahami kalau tempat itu bukan destinasi wisata biasa. Biksu Bhadra Ruci mengingatkan kembali bahwa Candi Borobudur merupakan tempat suci umat Buddha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tempat ziarah suci umat Buddha tidak hanya terpaku pada empat situs yang disebutkan dalam riwayat Buddha Gautama saja," kata Bhadra di Jakarta, Jumat 19 Februari 2021. Empat situs yang tersebut dalam riwayat Buddha Gautama adalah Bodh Gaya, Wihara Mahabodhi, Bihar, India; Lumbini di Nepal; Sarnath dan Kuinagara atau Kushinagar di Uttar Pradesh, India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai bagian dari Sangha Vajrayana Sangha Agung Indonesia atau majelis pemuka agama Buddha di Indonesia, Bhadra mengatakan Indonesia di masa lalu juga menjadi tujuan peziarah mancanegara. Dia mencontohkan tokoh Fa Hsien yang datang ke Pulau Jawa pada 399 - 414 Masehi. Ada pula I Ching yang tinggal selama sepuluh tahun di Sumatera mulai 671 Masehi.
Catatan perjalanan tokoh-tokoh itu, menurut Bhadra, menjadi rujukan bagi Sir Alexander Cunningham -arkeolog yang tertarik pada sejarah India, menggali berbagai situs suci sejarah Buddha di berbagai negara. Candi Borobudur, dia dia melanjutkan, termasuk salah satu tempat suci untuk umat Buddha.
Biksu melakukan ziarah di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu 18 Mei 2019. Ziarah yang diikuti oleh para biksu dan umat Buddha itu guna merefleksikan ajaran Sang Buddha serta untuk menyambut Waisak 2563 BE/2019 ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Bhadra Ruci menjelaskan, banyak kitab suci yang diidentifikasi sebagai basis pendirian Candi Borobudur. Bab Gandavyuha Sutra dalam kitab suci Avatamsaka Sutra menjadi salah satu dasar kerangka arsitektur sepuluh tingkat Candi Borobudur. Gandavyuha Sutra juga bisa ditelusuri di kanon Buddhisme Tibet yang membentuk 128 keping relief di badan Candi Borobudur.
Literatur ini mendorong peneliti Jawa Kuno asal Belanda, De Casparis mencoba merekonstruksi ulang nama Borobudur menjadi 'Bhumisambharabhudara' yang berarti Gunung Akumulasi Kebajikan dalam Sepuluh Tingkat Bodhisatwa. Candi Borobudur mengandung ajaran suci tantra atau vajrayana dari Buddha.
"Ini juga bisa ditelusuri lebih lanjut dari lontar-lontar kuno Buddhis yang merupakan kitab suci peninggalan leluhur," kata Bhadra Ruci. Lontar kuno yang dia maksud di antaranya Sanghyang Kamahayanikan, teks Kalpabuddha, Nagabayusutra dari Bali, dan sebagainya.
Kesucian Candi Borobudur, kata dia, setara dengan Angkor Wat di Kamboja, Grdhrakuta di India, dan reruntuhan Universitas Nalanda di India yang sempat menjadi pusat peradaban Buddhis dunia selama sekitar satu milenial dan memiliki relasi arkeologinya dengan bangsa Indonesia.
Jika merujuk ke contoh agama lain, Candi Borobudur juga bisa dibandingkan dengan Gereja Vatikan. "Vatikan bukan tempat kelahiran atau terkait langsung dengan peristiwa kehidupan Yesus, namun tetap saja menjadi pusat ziaran bagi umat Katolik," katanya.