Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keindahan panorama alam di Pantai Sanur, Bali, juga diimbangi dengan upaya mengurangi dampak sampah plastik di destinasi wisata itu. Sejak Agustus 2018, pelaku pariwisata di Sanur, utamanya mereka yang berhimpun di Yayasan Pembangunan Sanur sudah mempromosikan pengurangan penggunaan sedotan plastik.
Baca: Keseruan Menyaksikan Matahari Terbit di Pantai Sanur Bali
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu yang sudah melakukannya adalah Segara the Seaside Bar and Restaurant. Restoran ini sekarang dikelola oleh Yayasan Pembangunan Sanur. Yayasan ini berdiri sejak 1965 sebagai wadah yang menjembatani kepentingan warga Sanur dan pelaku industri pariwisata di Sanur. Wadah ini juga yang menjadi tempat berdiskusi mengenai kepentingan pariwisata di Sanur ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu pengurus Yayasan Pembangunan Sanur di Biro Sosial Lingkungan yayasan tersebut, Wayan Parka, menjelaskan hal ini dilakukan tidak hanya di restoran ini, namun juga di berbagai hotel dan restoran di wilayah Sanur. Tahun ini mereka sedang coba mengurangi penggunaan botol plastik.
Menikmati pemandangan matahari terbit di Pantai Sanur, Bali. Tempo/Diko Oktara
Masyarakat di Sanur juga memiliki tiga tempat pembuangan sampah sementara yang berada di Desa Sanur Kaja dan Desa Sanur Kauh. Sebelum sampah dibawa ke tempat pembuangan akhir, mereka dibawa ke TPS ini untuk diolah menjadi pupuk kompos. Hasil residunya kemudian dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pupuk kompos yang dihasilkan sekitar 1,5 ton per bulan dan dijual seharga Rp 50 ribu.
Keluhan soal sampah muncul dalam focus group discussion antara pihak Yayasan Pembangunan Sanur, STO Sanur, dan Kementerian Pariwisata, pada Jumat, 15 Februari 2019 di restoran Segara Seaside. Ketua Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana yang juga mewakili STO Sanur, Agung Suryawan, menyampaikan masalah sampah utamanya karena antrean truk sampah di TPA Sarbagita Suwung.
Antrean ini karena adanya pengurangan titik tempat penurunan sampah di sana. Akibatnya bau sampah ini bisa sampai tercium sampai ke Sanur jika anginnya sedang berhembus ke arah Barat.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Valerina Daniel, mengatakan apa yang disampaikan oleh pelaku pariwisata di Sanur akan dicermati. Pihaknya berusaha mencoba menjawab tantangan hal ini dengan mendiskusikannya bersama para stakeholder.
Mengenai persoalan sampah yang ditemukan di Sanur, Valerina Daniel menjelaskan Kementerian Pariwisata akan mendorong koordinasi antara Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pariwisata di Bali. Menurut Valerina kerangkanya adalah 3P dan 1M. Tiga P itu berarti people, planet, dan prosperity. Sementara 1 M berarti manajemen. “Pariwisata berkelanjutan itu memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan, untuk masa kini dan masa depan di semua jenis destinasi wisata,” tuturnya.