Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 160 pendaki dikabarkan berada di jalur pendakian Gunung Merapi saat gunung di Sleman dan Boyolali ini meletus freatik pada Jumat pagi, 11 Mei 2018. Mereka ada di kawasan Pasar Bubrah dan sebagian tengah mendekati pos akhir pendakian itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut rilis yang dikirim oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, semua pendaki Gunung Merapi berada dalam posisi selamat meski jaraknya cukup dekat dengan kawah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada pendaki yang bahkan sempat merekam video detik-detik meletusnya Gunung Merapi. Dalam gambar bergerak itu, mereka tampak sedang melakukan aktivitas memasak tepat ketika gunung meletus.
Letusan memang terjadi secara tiba-tiba. Menurut pengurus Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Yogyakarta, Jarody Hestu Nugroho, keadaan yang dialami pendaki ini adalah peristiwa langka. “Bisa jadi persentase kemungkinannya sangat kecil,” kata Jarody saat dihubungi pada Jumat, 11 Mei.
Sebab, biasanya, erupsi akan didahului dengan tanda-tanda alam sehingga jalur pendakian ditutup. “Ini kan seperti kejutan,” katanya.
Adapun Ketua Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada atau Mapagama periode 2014-2015, Rizal Fahmi Prijono, mengatakan, dalam keadaan gunung tiba-tiba meletus tanpa aba-aba, pendaki harus memperhatikan beberapa hal.
Pertama, pendaki tidak boleh panik.”Panik dapat mengakibatkan kondisi bertambah buruk,” ujarnya saat dihubungi lewat pesan pendek.
Kedua, pendaki harus mengamati keadaan sekitar dan arah letusan gunung tersebut. Pendaki disarankan turun sesegera mungkin lewat jalur yang berlawanan dengan arah letusan.
“Ketiga, selama turun, selalu posisikan diri berada di tempat yang tinggi, bukan di lembah,” ujarnya, Ini berguna untuk membantu pendaki mengobservasi keadaan sekitar. Di dataran yang lebih tinggi, mereka dapat memantau keadaan.
Keempat, pendaki disarankan selalu memakai masker. Caranya dengan membasahi bagian dalamnya. Ini bertujuan untuk menyaring udara yang masuk.
Kelima, apabila pendaki turun tak melewati jalur resmi, mereka disarankan meninggalkan jejak dengan mengikatkan tali rafia ke batang pohon. Jalur itu akan memudakan tim SAR melakukan pecarian.
Selain lima poin tersebut, yang tak kalah penting adalah pengetahuan mengenai karakter gunung yang akan didaki. Dengan mempelajari tipe-tipe letusan, pendaki akan memiliki bekal persiapan menghadapi situasi genting yang mungkin akan terjadi, seperti letusan tiba-tiba.