Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEMAYORAN bergelora akhir pekan lalu. Empat remaja Taiwan di atas panggung Hall C Pekan Raya Jakarta menggetarkan hati ribuan penonton. Satu per satu Jerry Yan (Yen Chen-si), Vic Chow (Chou You-min), Vanness Wu (Wu Cien-hao), dan Ken Xhu (Chu Siao-thien) muncul. Lagu pertama, Ask for More, melantun. Gadis-gadis memekik, menangis, dan saling memeluk.
Ken yang pertama muncul di panggung. Ia langsung menuai jeritan histeris penggemar yang sudah merogoh dua ratus ribu sampai dua juta rupiah. Malam kian bergetar tatkala Jerry keluar dan mengentak panggung dengan irama dansa bersama lima penari berbusana merah ketat. Dan Yau Ting Ni dari album Meteor Rain pun menggoyang panggung, diiringi teriakan penonton memekikkan nama Jerry. Kejutan belum selesai. Vannes pun muncul dengan latar belakang tarian yang sungguh atraktif.
Meski kemampuan penonton memahami bahasa Mandarin sangat diragukan, mereka toh tiba-tiba begitu fasih mengikuti pria-pria F4 mendendangkan lagu. Ken pun tak henti mengucapkan dua kalimat sakti: "aku cinta padamu" dan "terima kasih". Terbayar sudah penantian para penggemar yang menunggu sekitar setahun sejak Meteor Garden meluncur di televisi. Juga mereka yang dengan semangat membara menyatroni Bandara Soekarno-Hatta hingga ke Hotel Borobudur.
Tengoklah pengalaman Juju, siswi sebuah SMU di Cirebon. Uang jajan yang Rp 2.000 per hari ia sisihkan untuk membeli tiket. Tapi jumlahnya masih kurang untuk mendapatkan tiket Rp 500 ribu. Walhasil, ia nekat menilep dua bulan uang sekolahnya plus minta pinjaman lunak pada tantenya. Tak cuma itu, pada hari kedatangan idolanya, Juju membolos sekolah. Ia tak mengaku kepada ayahnya yang seorang juru tulis di kelurahan dan ibunya yang penjual pisang goreng bahwa ia naik kereta ke Tebet, bergabung dengan sesama penggemar F4 dan menyewa kendaraan umum ke Bandara.
Lain lagi pengalaman Imeng, warga Cengkareng. Bersama tujuh orang adik dan keponakannya, ia menyambangi Bandara menanti kedatangan Jerry dan kawan-kawan. Ia sedikit beruntung karena suaminya adalah staf di lingkungan Soekarno Hatta, sehingga bisa menembus sampai ruang tunggu kedatangan luar negeri. Siapa sangka, rombongan F4yang terbang dengan Eva Air BR 0237 dan tiba pada Rabu siang pukul 13.25langsung dijemput di lapangan udara dan "dilarikan" ke hotel tanpa sempat menemui penggemar yang menanti dengan nelangsa.
Serupa tapi tak sama. Selebriti dalam negeri juga melakukan kegilaan menyambut kedatangan pemeran Meteor Garden ini. Presenter kocak Tika Panggabean, yang sudah menonton konser F4 di Singapura beberapa waktu lalu, bahkan sempat melobi Jeddy Suhermanayah Joshuapromotor pertunjukan ini, supaya dilibatkan sebagai MC. "Sayangnya, cuma ditanggapi dengan senyum," kata Tika. Lain lagi persiapan Rina Gunawan, yang kebagian tugas menjadi "seksi pertiketan dan transportasi" untuk rekan-rekan artis penggemar F4.
Begitulah. Ketenaran pemuda asal Taiwan itu berawal dari serial televisi Meteor Garden. Film yang diangkat dari sebuah manga (komik Jepang) Hana Yori Dango ini meraup sukses di Hong Kong, Singapura, Malaysia, Indonesia, dan banyak negara Asia lainnya. Dalam serial arahan sutradara Chai Yue Chin ini, Jerry memerankan Dau Ming Shi, Vic menjadi Hua Zhe Lei, Ken sebagai Xi Men, dan Vannes menjadi Mei Zhou.
Dalam film, keempatnya adalah pemuda kaya yang bersekolah di Universitas Ing Te dan bersahabat dengan San Chai (diperankan Barbie Hsu). Si wanita memang didaftarkan ke sekolah borju oleh orang tuanya dengan harapan mendapat pria kaya sebagai suami. Dalam perjalanannya, aneka jalinan cinta, persahabatan, dan pertengkaran mewarnai serial yang sekarang sudah sampai ke Meteor Garden II ini.
Nah, setelah keempat remaja ini melambung di layar kaca, mereka berempat pun membentuk kelompok F4, yang berasal dari nama geng mereka di Meteor Garden. Boysband asal Taiwan ini segera meroket ke pasar Asia hanya dalam tempo empat bulan. Dalam album pertama berjudul Meteor Rain, mereka membawakan lagu-lagu milik penyanyi Jepang Ken Hirai, antara lain Gaining through Losing (dalam bahasa Mandarin berjudul Liu Xing Yu). Tak hanya itu, salah satu personelnya, Vic Zhou, juga sudah berkarier solo dengan album Make a Wish. Pada akhir 2002, F4 juga menebarkan pesona lewat album Fantasy Forever, yang didendangkan dalam konser di Jakarta kali ini.
Dari segi popularitasnya di Indonesia, F4 memang tak diragukan. Model pakaian, potongan rambut, hingga lagu-lagu mereka segera dilafalkan dengan fasih oleh anak muda dalam negeri. Tapi, bagaimana dengan musiknya? Menurut pengamat musik Denny Sakrie, pengalaman membuktikan banyaknya bintang film atau sinetron yang meluaskan lahan ke bidang tarik suara. Di dalam negeri, misalnya, Anjasmara dan beberapa rekan pesinetron lain sempat membentuk kelompok musik Amarte 8, yang albumnya gagal total di pasaran.
Memang, tak mudah menyiangi keberhasilan F4, yang datang pada waktu yang tepat, saat Meteor Garden tengah di puncak ketenaran. Menurut Denny, ini tak lebih soal pengulangan trend yang sering terjadi. Saat penonton tengah bosan dengan wajah-wajah "bule", datanglah oase baru lewat boysband asal Taiwan ini. Kecenderungan yang sama juga menjelaskan kegilaan orang pada film dan lagu India. Tengoklah kehadiran Shahrukh Khan September silam, yang menuai pujaan dari penggilanya di Jakarta.
Seperti halnya Shahrukh, pemeran Kuch Kuch Hota Hai, anak-anak muda F4 dinilai Deny biasa-biasa saja dalam hal bermusik. Namun mereka menampilkan tari dan aksi panggung yang sangat sedap dipandang serta komunikasi yang hangat dengan penonton. Ini kelebihan yang patut diberi penghargaan. "Mereka menutupi kekurangan dengan menampilkan sisi yang istimewa," tutur Denny.
Walhasil, seperti halnya boysband "bule", F4 lebih menawarkan mode ketimbang musik. Penampilan mereka serta-merta dicontek oleh remaja lokal yang menyesaki mal dan plaza. Tak pelak, mereka bak kunci pembuka gerbang popularitas bagi artis-artis bertampang orientalmata sipit, kulit kuningmemenuhi layar sinetron. Termasuk mengilhami pembuatan Meteor Garden versi Indonesia, Siapa Takut Jatuh Cinta, yang serupa benar jalan cerita maupun profil pemainnya.
Begitulah. Pentas Flower Four ini kian mengukuhkan ketenaran mereka di hati penggemar di Indonesia. Tak cumapenggemar biasa dan artis yang berbondong-bondong memadati arena, tapi juga putra-putri dan kerabat Presiden Megawati dan Wakil Presiden Hamzah Haz beserta rombongan protokolernya. Tak kurang dari 100 kursi di kelas VVIP seharga Rp 2 juta per orang dipesan oleh rombongan keluarga pejabat ini. Berbeda dari Wakil Presiden Taiwan, Anette Lu, yang ditolak masuk Indonesia dan dikecam habis-habisan oleh pemerintah pada Agustus lalu, empat "duta" yang muda dan ganteng ini justru disanjung mati-matian. Seperti yang terpampang dalam salah satu poster: F4, Wo Ai Ni (aku cinta padamu).
Andari Karina Anom, Hani Pudjiarti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo