Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Praya - Selama sepekan, 9 - 15 Februari 2020 Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (Dispar NTB) bersama Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan kegiatan pertama Calendar of Event (CoE) 2020, Festival Bau Nyale.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival Bau Nyale merupakan tradisi menangkap cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika yang terjun ke laut -- untuk menghindari perebutan dirinya oleh para pangeran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbeda dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya, yang berlokasi di Pantai Seger. Perhelatan Bau Nyale digelar di Pantai Tanjung Aan, karena Pantai Seger sedang dibangun sirkuit jalan raya untuk MotoGP 2021.
Pantai Tanjung Aan dikenal memiliki pasir putih yang butirannya seperti merica. Di pantai tersebut terdapat Bukit Merese, yang populer sebagai lokasi swafoto berlatar kawasan wisata Mandalika.
Kepala Dispar NTB Lalu Moh. Faozal menyebutkan penyelenggaraan Festival Pesona Bau Nyale tetap berpedoman dengan pakem tradisi, "Tidak ada yang berubah kecuali lokasinya saja," kata Faozal usai rapat bersama di gedung Politeknik Pariwisata Lombok di Puyung, Kamis 30 Januari 2020.
Untuk mampu menampung wisatawan yang datang menyaksikan Bau Nyale, jika diperlukan, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB Ni Ketut Wolini akan mengatur kesiapan 12.000 kamar hotel berbintang dan 200 kamar akomodasi homestay.
Mengenai kepindahan lokasi dari Pantai Seger ke lokasi lain bukan kali pertama dilakukan. Sebelumnya, 2016 juga pernah dilakukan pengalihan tempatnya ke lokasi area publik di Pantai Kuta Mandalika.
Konferensi pers mengenai Festival Bau Nyale. Dok. Dinas Pariwisata NTB
Faozal menyebutkan kegiatan pertama dari CoE 2020 ini, diramaikan oleh atraksi adu ketangkasan lokal Sasak, berupa peresaean selama lima hari pertama. Peresaean merupakan atraksi populer yang diikuti oleh para pepadu dari berbagai asal se-Pulau Lombok.
Atraksi lain yang meramaikan festival itu berupa photo contest, dialog kreatif dan fesyen, final pemilihan Putri Mandalika yang terbuka untuk peserta dari seluruh daerah kabupaten kota se-NTB.
Acara itu juga dimeriahkan dengan sepeda gunung Mandalika, Kampoeng Kuliner, Mandalika Fashion Carnaval, dan malam puncak Festival Bau Nyale yang diselenggearakan semalam suntuk hingga pagi saat menangkap Bau Nyale. Penyelenggara juga melakukan pelatihan dasar SDM pariwisata dan Goes To School.
Bau Nyale (menangkap nyale/cacing Laut yang berwarna-warni) adalah budaya yang telah turun menurun dilakukan oleh masyarakat Lombok. Budaya ini erat kaitannya dengan legenda Putri Mandalika. Masyarakat setempat meyakini bahwa nyale adalah jelmaan Putri Mandalika yang rela mengorbankan dirinya demi kedamaian bangsanya.
Festival Pesona Bau Nyale adalah tradisi turun temurun masyarakat agraris, yang bermukim di bagian tengah selatan Pulau Lombok hingga bagian timur Pulau Lombok.
Tradisi ini dilatarbelakangi oleh sebuah legenda yang melekat di hati masyarakat pendukung budaya ini; yakni tentang kisah pengorbanan seorang putri cantik jelita bernama Mandalika. Ia sangat mencintai perdamaian bagi semua golongan masyarakat.
Ia tidak ingin membuat kecewa dan perpecahan di kalangan para pemuda bangsawan yang menaruh hati kepadanya. Sang Putri Mandalika dengan penuh kesadaran memilih untuk menceburkan diri ke laut, yang kemudian karena keajaiban alam lalu berubah menjadi “nyale”.
Warga meninggalkan pantai setelah menangkap nyale pada Festival Pesona Bau Nyale 2019 di pantai Seger Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) di Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin, 25 Februari 2019. Tak hanya bagian dari tradisi, nyale juga kerap dijadikan makanan enak. ANTARA
Nyale merupakan sejenis cacing laut, yang diperebutkan oleh semua pangeran yang tidak dapat mempersunting Putri Mandalika.
Selanjutnya peristiwa ini secara rutin berulang setiap tahun. Nyale diperebutkan oleh masyarakat sebagai sebuah budaya dan hasilnya dikonsumsi atau ditebar di sawah. Mereka meyakini membawa kesuburan bagi tanaman padi di sawah.
SUPRIYANTHO KHAFID