Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Gubernur NTB Zulkieflimansyah Soal Joki Anak: Saya Tidak Setuju, tetapi...

Gubernur NTB Zulkieflimansyah juga seorang penggemar pacuan kuda. Dia tidak setuju dengan keberadaan joki cilik.

24 Juni 2022 | 15.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pacuan kuda dengan joki cilik atau joki anak di Pulau Sumbawa, NTB. Dok. Diskominfotik NTB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Mataram - Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah angkat bicara tentang anak-anak yang menjadi penunggang kuda atau joki cilik yang menuai kritik dari berbagai pihak. Zulkieflimansyah yang juga penggemar pacuan kuda ini menyatakan tidak setuju dengan adanya joki cilik. Namun demikian, menurut dia, pacuan kuda tradisional di Pulau Sumbawa, NTB, sudah melekat dengan joki anak-anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Zulkieflimansyah mengatakan, joki cilik merupakan tradisi, sehingga butuh proses untuk mengubahnya. "Tidak bisa serta merta mengubah tradisi," kata Zulkieflimansyah dalam penutupan lomba pacuan kuda sebagai side event untuk memeriahkan MXGP Samota di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Rabu, 22 Juni 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keberadaan joki cilik identik dengan pacuan kuda masyarakat Sumbawa, Dompu, dan Bima. "Masyarakat setempat menganggap joki cilik adalah hal biasa," katanya. Zulkieflimansyah menjelaskan, ukuran dan jenis kuda yang dilombakan dan ditunggangi oleh joki cilik berbeda dengan kuda pacuan biasa. "Kudanya bertubuh kecil sehingga cocok ditunggangi oleh anak-anak. Kalau ditunggangi joki dewasa, maka kudanya tidak akan mampu berpacu."

Gubernur NTB Zulkieflimansyah. Dok. Diskominfotik NTB

Pemerintah NTB bersama Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia atau PORDASI, Zulkieflimansyah melanjutkan, memperketat aturan mengenai jenis dan ukuran kuda. Dengan begitu, tradisi pacuan kuda di Pulau Sumbawa tidak hanya mengangkat budaya dan kearifan lokal, namun juga aspek sosial. "Secara turun-temurun, keluarga pemilik kuda terus menjaga silaturahmi dengan para leluhurnya, baik di arena pacuan dan dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang unik dari tradisi pacuan kuda," ucap Zulkieflimansyah.

Di sektor ekonomi, menurut dia, pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah atau UMKM dan pedagang mendapatkan penghasilan di arena pacuan kuda. "Ini menjadi penggerak ekonomi masyarakat selama beberapa hari pelaksanaan lomba pacuan kuda," katanya. 

Mengenai hak pendidikan bagi anak-anak yang menjadi joki cilik, Zulkieflimansyah mengakui, selama musim pacuan kuda berlangsung, maka banyak anak yang tidak masuk sekolah karena harus berlatih. Untuk itu, pemerintah daerah mengaktifkan sekolah malam bagi para joki cilik yang tertinggal pelajaran di sekolah. "Ada guru yang bertugas memonitor pendidikan para joki cilik," ucapnya. 

Zulkieflimansyah menambahkan, tak mudah menghapus keberadaan joki cilik di pacuan kuda karena tradisi ini sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah NTB, menurut dia, terus berkomunikasi dengan komunitas di tingkat akar rumput dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar perlahan mereka mengerti tentang isu joki anak tersebut. "Tidak bisa langsung melarang dengan bahasa yang berlebihan," katanya. "Karena semakin dilarang, mereka akan tetap melakukannya (menggunakan joki cilik)."

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus