Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktor, seniman, dan penulis, Gunawan Maryanto atau Cindhil merupakan perekat yang menyatukan dinamika di Teater Garasi. "Dia itu salah satu orang paling loyal yang aku tahu pada teman, sahabat, dan tidak ingin menyakiti orang lain. Dia sangat baik, memang cenderung jadi menghindari konflik," kata aktor dan sutradara Teater Garasi, Yudi Ahmad Tajudin kepada Tempo melalui telepon, Rabu malam, 6 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karakter Cindhil dalam konteks organisasi Teater Garasi terkadang membuatnya terganggu, lantaran ayah satu anak ini lebih suka menghindari konflik. "Tapi justru karena pilih menghindari konflik, dia memiliki kualitas teman yang menyelamatkan kami semua dalam dinamika kami," kata Yudi saat ditelepon sedang berkendara dari Jakarta ke Yogyakarta untuk melepas kepergian sahabat yang terakhir kalinya ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gunawan meninggal pada Rabu, 6 Oktober 2021 pukul 20.00 WIB dalam usia 45 tahun. Menurut Yudi, ia mendapatkan kabar, Cindhil yang menjabat Direktur Artistik Teater Garasi pada Rabu sore masih rapat dengan manajemen Garasi. "Dia rapat untuk menggarap podcast yang dia bikin untuk aktor-aktor sepuh. Katanya dia mengalami sesak napas dan muntah-muntah maka dibawa ke RS Ludiro Husodo yang dekat dengan studio Garasi," ujarnya.
Upaya penyelamatan sudah dilakukan dokter tapi nyawanya tak tertolong. Aktor peraih Piala Citra untuk untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik Festival Film Indonesia 2020 untuk film The Science of Fictions atau Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah dalam Bahasa Indonesia ini meninggal didampingi sahabat-sahabatnya di Teater Garasi.
Marsha Timothy Sampaikan Rasa Duka atas Meninggalnya Gunawan Maryanto/Instagram-@marshatimothy
Yudi, yang akrab disapa Ogleng ini menyatakan Cindhil adalah perpustakaan berjalan untuk teater bagi dirinya. Ia mengakui, Cindhil, yang mengeyam pendidikan di Sastra Nusantara atau Sastra Jawa Universitas Gadjah Mada ini, memiliki pengetahuan luas tentang Sastra Jawa dan kebudayaan.
"Beberapa teater karya kami sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dia tentang Sastra Budaya Jawa. Di samping dia juga menyutradarai sendiri untuk karya dia, dia juga membantu karyaku," kata Ogleng.
Kenangan tentang Gunawan Maryanto juga dituliskan Joned Suryatmoko, pendiri dan mantan Direktur Indonesia Dramatic Reading Festival atau IDRF. Saat ia mendirikan IDRF pada 2010, ia datang ke Teater Garasi dan menemui Cindhil untuk diajaknya menjadi Direktur Artistik IDRF.
Joned menilai, Cindhil adalah sosok yang tepat untuk diajaknya mendirikan festival pembacaan lakon ini. "Kepenulisan Cindhil meluber ke mana-mana, dari naskah teater hingga puisi dan cerpen. Hal itu akan membantu kami bertemu dengan banyak penulis lain," tulisnya dalam pesan Whatsapp yang dia kirimkan kepada Tempo pada Rabu tengah malam, 6 Oktober 2021.
Joned yang sudah melepas jabatan direktur IDRF sejak tahun lalu itu mengatakan Cindhil adalah orang yang dikenalnya supel. "Dia itu plengah-plengeh, hangat dalam menyapa, serta luwes saat bertemu dengan para penulis dalam IDRF," tulisnya.
Di balik itu, kata Joned, argumen dan kurasi naskahnya selalu menantang pemikiran baru, dan progresif. Meski dia adalah pendiri IDRF, Joned mengakui adalah nyawanya festival ini dalam sepuluh tahun pertama didirikan.
Selain dikenal sebagai aktor teater dan film, Gunawan Maryanto adalah penerima Khatulistiwa Literary Award pada 2010 untuk buku kumpulan puisi berjudul Sejumlah Perkutut Buat Bapak. Selain mendapatkan Piala Citra, Gunawan juga pernah mendapatkan penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik pada Usmar Ismail Award pada 2017 untuk perannya sebagai Wiji Thukul dalam film Istirahatlah Kata-kata.