Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Imam Tantowi berhasil meraih penghargaan Lifetime Achievement Awards atau pengabdian seumur hidup di Piala Citra Festival Film Indonesia atau FFI 2024. Pengumuman penghargaan ini disampaikan pada 20 November 2024 lalu.
“Penghargaan Pengabdian Seumur Hidup untuk Film Piala Citra FFI 2024, juga diberikan kepada Imam Tantowi. Selamat atas penghargaan yang diperoleh! Terima kasih atas dedikasinya pada perfilman Indonesia,” demikian tulis keterangan dalam Instagram resmi @festivalfilmid.
"Saya seperti bangun dari mimpi setelah sekian puluh tahun tidak lagi di film, beralih ke televisi. Terima kasih kepada panitia yang telah memberi penghargaan yang luar biasa. Ini mungkin penghargaan yang terakhir dalam hidup saya," kata Imam Tantowi, saat menerima penghargaan itu.
Profil Imam Tantowi
Dikutip indonesianfilmcenter, Imam Tantowi lahir pada 13 Agustus 1946 di Tegal, Jawa Tengah. Ia merupakan sutradara senior yang biasanya mengerjakan film bergenre laga. Ia memulai karier dalam lakon sandiwara pada 1966-1969 yang berkontribusi sebagai pemain dan sutradara. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai pembuat poster film. Setelah itu, ia pindah ke Jakarta dan berkesempatan terlibat dalam pembuatan film Biarkan Musim Berganti (1971). Pada film itu, ia bekerja sebagai dekorator.
Setelah itu, Imam mendapatkan kesempatan untuk menduduki beberapa jabatan dalam dunia film. Ia pernah menjabat sebagai penata artistik dalam film Si Rano (1973). Selain itu, dalam film Tukang Kawin (1977), ia menjadi asisten sutradara. Kemudian, pada 1978, ia menjadi penulis skenario untuk film Dang Ding Dong. Barulah, pada 1982, ia menjadi sutradara film.
Selama awal karier dalam dunia film, Imam masuk dalam nominasi dan meraih beberapa penghargaan. Ia beberapa kali masuk nominasi kategori Penulis Skenario melalui film Lebak Membara (1987) dalam FFI di Yogyakarta. Setelah itu, ia juga meraih nominasi kategori Cerita Asli untuk Film melalui Carok (1984) di FFI Bandung. Ia baru berhasil meraih penghargaan dalam Piala Citra untuk Penulis Cerita Asli terbaik melalui film Si Badung di FFI Jakarta 1989. Selanjutnya, ia kembali membawa pulang Piala Citra Sutradara Terbaik dalam Soerabaia 45 (1990) pada FFI 1991.
Penonton film Indonesia mengingatnya sebagai sutradara film kolosal yang kondang pada masanya, Saur Sepuh (Satria Madangkara) pada 1987, Saur Sepuh II (1988), dan Saur Sepuh III (1988).
Kendati demikian, setelah itu, film nasional runtuh karena kuatnya monopoli peredaran dan bioskop yang dikuasai oleh Asosiasi Importir Film, baik Amerika, Eropa, Mandarin, dan Asia non-Mandarin. Padahal, negara dalam asosiasi ini berada dalam satu payung raksasa yang sangat dominan. Untungnya, beberapa stasiun televisi swasta yang muncul saat itu berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Imam untuk terus berkarya dalam dunia adu peran. Saat itu, ia memilih untuk terjun dalam dunia sinetron yang memulai debutnya melalui Madu, Racun, dan Anak Singkong (1994).
Berkat kemampuan mengarahkannya, Imam kembali meraih penghargaan Festival Sinetron Indonesia (FSI). Ia berhasil menyabet Piala Vidya sebagai Penulis Cerita Asli terbaik dalam FSI 1994 melalui Madu, Racun, dan Anak Singkong. Selain itu, ia juga mendapatkan penghargaan Penulis Cerita Asli terbaik dalam FSI 995 melalui Jejak Sang Guru.
Selain itu, Imam Tantowi juga meraih penghargaan sebagai penulis skenario komedi dan predikat terbaik FSI 1996 melalui Suami-Suami Takut Istri. Pada sinetron dengan judul yang sama ini, ia juga meraih penghargaan sebagai Penulis Cerita Asli Komedi Terbaik.
Setelah itu, namanya sebagai sutradara semakin melambung berkat arahannya dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang langsung menduduki rating pertama tayangan perdananya. Dengan demikian, hasil kontribusinya dalam dunia adu peran membuat Imam meraih penghargaan Lifetime Achievement FFI 2024.
Pilihan Editor: Profil Ringgo Agus Rahman dan Nirina Zubir, peraih Piala Citra Lewat Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini