Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Bulan Oktober tahun 2023 ini, Yogyakarta memperingati 9 tahun penobatannya sebagai Kota Batik Dunia. Predikat Yogya Kota Batik Dunia itu disematkan oleh lembaga Word Craft Council (WCC) di Dongyang China pada 18 Oktober 2014 silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk merayakan dan menggaungkan identitas Yogya sebagai Kota Batik Dunia itu, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar perhelatan Jogja International Batik Biennale atau JIBB 2023. Salah satu agenda JIBB 2023 itu yakni menggelar forum yang mempertemukan 100 peserta terdiri pelaku usaha, pecinta batik, pemerhati batik dan masyarakat umum berbagai daerah di Yogyakarta pada Selasa, 29 Agustus 2023.
Harmonisasi Seni Tari Kontemporer dengan Atribut Batik
Aksi seni tari kontemporer sembari membawa beragam atribut batik berbagai jenis pun mewarnai forum yang dipusatkan di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para penari membawakan berbagai motif batik dalam perhelatan Jogja International Batik Bineninale atau JIBB 2023 di Yogyakarta Selasa (29/8). Dok.istimewa
"Predikat Yogya Kota Batik Dunia ini diraih karena Yogyakarta dinilai telah memenuhi tujuh kriteria Kota Kerajinan Dunia yang dipersyaratkan," kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tujuh kriteria itu yakni nilai historis, orisinalitas, upaya konservasi melalui regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, reputasi internasional dan konsistem.
Jogja International Batik Biennale Forum Saling Belajar dan Perkuat Jaringan
Sultan mengatakan, untuk menjaga keterpenuhan tujuh kriteria nilai Yogya Kota Batik Dunia tersebut, perlu adanya dorongan melalui berbagai kegiatan. Tak sekadar menggiatkan pameran batik di masyarakat. Namun juga mengeksplorasi potensi batik itu sendiri.
"Forum ini mengajak peserta berbagai daerah saling belajar, berdiskusi, serta memperkuat jejaring untuk pengembangan dan menemukan praktik terbaik dalam konteks keberlanjutan batik," kata Sultan.
Ketua Harian Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) DIY, GKBRAy Paku Alam mengatakan dari forum ini peserta diajak menggali kebijakan dan temuan baru hasil penelitian untuk eksistensi batik Yogyakarta.
Para penari membawakan berbagai motif batik dalam perhelatan Jogja International Batik Bineninale atau JIBB 2023 di Yogyakarta Selasa (29/8). Dok.istimewa
"Meski batik sudah menjadi primadona dan outletnya ada di semua pusat perbelanjaan di Yogya, namun tumbuhnya UKM kerajinan batik harus terus meningkat," kata
GKBRAy Paku Alam.
Ia mengatakan, para disainer muda kini mulai banyak melirik batik sebagai salah satu pilihan dalam memperkaya karya-karya mereka. Sudah seharusnya ada ruang untuk terus menggiatkan dunia perbatikan dengan berbagai pernak-perniknya. Seperti peningkatan kualitas, peningkatan ketelitian pengerjaannya, pengayaan disain/motif dan tidak kalah pentingnya mengedukasi masyarakat tentang batik secara benar.
"Termasuk pembinaan dari sisi bisnisnya misalnya, pemasaran, permodalan, promosi serta strategi pemasaran di zaman yang serba on-line ini," kata dia.
JIBB 2023 kali ini mengangkat seni batik agar dapat dikembangkan secara fleksibel dalam menyikapi berbagai batasan formal. Seperti waktu atau periode masa, bentuk alat dan peralatan, fungsi akhir, corak dan motif-ragam hias, dan metoda-teknis aplikasinya.
"Sehingga seni batik dapat berkembang lebih luas dengan dinamis, namun tetap bijaksana, dalam artian tanpa meninggalkan pakem dasarnya," kata dia.
Pilihan Editor: Bukan di Yogya, Jogja International Batik Biennale 2023 akan Dipusatkan di Sarinah Jakarta