Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Jurus Yogyakarta Tata Kampung Agar Lebih Menarik Lewat Kompetisi Kampung Hijau

Sejumlah kampung di Yogyakarta menawarkan keunikan baik dari segi bangunan maupun peninggalan sejarah yang masih terjaga

10 Oktober 2024 | 07.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kota Yogyakarta berbeda dengan empat kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bertabur destinasi wisata alam. Namun ada satu andalan yang membuat wisatawan gemar menyambangi Kota Yogyakarta. Ini karena sejumlah kampungnya menawarkan keunikan baik dari segi bangunan maupun peninggalan sejarah yang masih terjaga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terbentuknya kampung-kampung di Yogyakarta merupakan hasil perpaduan antara sejarah, budaya, geografis, dan intervensi sosial yang mencerminkan keragaman dan dinamika perkembangan kota," kata Kepala Bidang Tata Ruang, Dinas Pertanahan Dan Tata Ruang Kota Yogyakarta, Pamungkas, Rabu 9 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti perkampungan di wilayah Kotagede banyak yang masih mempertahankan ciri khas Mataram kuno di mana wilayah itu bekas ibukota Kerajaan Mataram cikal bakal Yogyakarta. Lalu ada perkampungan Kotabaru yang banyak merawat bangunan peninggalan dari zaman Belanda.

"Kampung-kampung di Yogyakarta memiliki karakteristik yang beragam," kata Pamungkas.

Ada Kampung Desa Wisata, Kampung Batik, Kampung Tanggap Bencana, Kampung Seni, Kampung Industri, Kampung Kerajinan, dan berbagai jenis kampung lainnya yang tersebar di seluruh wilayah.

Namun, dari keseluruhan ragam kampung itu, Pemerintah Kota Yogyakarta ingin mewujudkan Kampung Hijau, agar kampung yang ada semakin menarik dan dilirik wisatawan. Caranya dengan menggelar kompetisi bagi umum bertepatan dengan peringatan Hari Agraria dan Tata Ruang (Hantaru) 2024 ini.

Kompetisi ini mengusung tema Hijau Kampungku, Lestari Jogjaku sebagai bagian dari upaya melibatkan masyarakat dalam penataan kota yang berkelanjutan.

Pamungkas mengungkapkan kompetisi ini terdiri dari empat kategori, yakni Lomba Desain, Lomba Esai, Lomba Video Reels, dan Lomba Desain Kawasan, dengan objek karya yang harus berfokus pada wilayah Kota Yogyakarta. Pendaftaran dibuka mulai 4 September hingga 25 Oktober 2024. 
 
Pemenang dari masing-masing kategori akan diumumkan bulan November dengan total hadiah mencapai Rp 70 juta serta sertifikat penghargaan bagi lima pemenang dari setiap kategori.

"Dari perlombaan ini kami ingin mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan yang hijau dan berkelanjutan di Yogyakarta,” kata Pamungkas.

Tema Hijau Kampungku, Lestari Jogjaku diambil mengingat pentingnya peran kampung dalam penataan kota. “Tahun ini, kami secara khusus membahas tentang pelestarian Kota Yogyakarta karena status Yogyakarta sebagai daerah istimewa," kata dia.

Sebab sekitar sepertiga dari wilayah Kota Yogyakarta yang memiliki luas 32,8 kilometer persegi, merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pelestarian budaya.

Pamungkas menjelaskan kata hijau dalam tema ini merujuk pada perlindungan lingkungan, sementara lestari berkaitan dengan pelestarian kawasan cagar budaya. 

Kota Yogyakarta memiliki empat kawasan cagar budaya, yaitu Kawasan Cagar Budaya (KCP) Keraton, KCP Kota Gede, KCP Kotabaru, dan KCP Pakualaman.  Di sisi lain, konsep hijau menurut Pamungkas terkait dengan ruang terbuka hijau (RTH) publik di Kota Yogyakarta.

Konsep Kampung Hijau ini untuk mendorong pelestarian lingkungan hidup di tingkat kampung, dengan fokus pada ruang terbuka hijau dan keberlanjutan ekosistem. “Contohnya pengembangan kawasan Baciro di sisi utara serta pengembangan Kotabaru yang dikenal sebagai Garden City atau Kota Taman," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus