Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kampanye pariwisata terbaru Selandia Baru dengan slogan "Everyone must go" atau "Semua orang harus pergi" yang menyasar pelancong Australia telah dikritik. Banyak yang menilai bahwa kampanye itu tidak peka karena dilakukan di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja dan banyak warga meninggalkan negara itu. Selain itu, iklan ini juga dinilai mengobral diri atau murahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kampanye yang diluncurkan akhir pekan lalu itu kini ditayangkan di media sosial dan radio Australia selama sebulan. Dilansir dari Mirror.co.uk, iklan tersebut memperlihatkan foto-foto turis yang sedang liburan di Selandia Baru, dengan tulisan "Sale now on. Everyone must go! Even you. Don't miss out" ("Obral sedang berlangsung. Semua orang harus datang! Termasuk Anda. Jangan sampai ketinggalan").
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak diluncurkan, tagline tersebut telah menuai kritik dari para politikus dan pengguna media sosial. Juru bicara pariwisata Partai Hijau, Celia Wade-Brown, mengatakan kepada penyiar nasional RNZ bahwa tagline tersebut seperti terdesak, mirip dengan orang yang kebelet ke toilet di tempat-tempat wisata yang ramai. "Maksud saya, antreannya konyol sekali," kata dia.
Seorang pengguna media sosial X mengatakan bahwa tagline itu bisa bermakna ganda. "Tergantung dari cara Anda membacanya, tagline pariwisata terbaru Selandia Baru dapat berupa permohonan yang bermaksud baik agar orang-orang berkunjung, atau ancaman untuk mengusir warga Kiwi," kata dia.
Meskipun sebagian besar menganggapnya gagal, ada juga pengguna media sosial yang menganggap iklan itu berhasil. "Menurut saya tagline tersebut berhasil, karena semua orang membicarakannya," ujar dia.
Makna Tagline
Louise Upston, menteri pariwisata Selandia Baru, mengatakan bahwa kampanye pariwisata itu menunjukkan bahwa Negeri Kiwi itu siap berbisnis dengan beberapa penawaran menarik. Juru bicara menteri mengatakan bahwa kampanye tersebut telah memperoleh tanggapan positif dari operator pariwisata dan pakar pemasaran.
Kampanye tersebut merupakan upaya terbaru Selandia Baru untuk menarik wisatawan, pekerja lepas digital, dan investor luar negeri ke negara tersebut guna mencoba dan meningkatkan perekonomian. Sebelum pandemi, pariwisata merupakan industri ekspor terbesar Selandia Baru dan menghasilkan sekitar $40,9 miliar atau sekitar Rp669 triliun setiap tahun. Data terbaru menunjukkan bahwa negara tersebut mulai mendekati angka-angka tersebut, tapi Selandia Baru masih berupaya untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan.
Dianggap Tidak Peka
Kampanye pariwisata yang menghabiskan biaya US$ 500 ribu atau sekitar Rp8,2 miliar tersebut dilakukan di tengah tingginya angka PHK di negara tersebut. Juru bicara pariwisata Partai Buruh Cushla Tangaere-Manuel mengatakan kepada RNZ meskipun ia secara umum mendukung pertumbuhan pariwisata di Selandia Baru, slogan kampanye terbaru itu tidak peka karena dilakukan pada saat pemerintah koalisi menyingkirkan ribuan peran di seluruh sektor publik untuk memangkas biaya.
Warga yang meninggalkan negara berpenduduk 5 juta jiwa itu mencapai rekor, sebagian didorong oleh kekhawatiran tentang biaya hidup yang tinggi dan kurangnya kesempatan kerja. Tahun lalu, jumlah warga yang pergi mencapai 47.100 orang. Lebih dari separuh migran itu pergi ke Australia yang memberikan izin tinggal dan bekerja tanpa visa.
Selandia Baru dikunjungi 3,3 juta wisatawan pada tahun lalu, naik 12 persen dibandingkan dengan 2023. Negara asal pengunjung terbesar adalah Australia, Amerika Serikat, dan Cina.
MIRROR | NBC
Pilihan Editor: Kota Paling Bau di Dunia Ada di Selandia Baru