Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dari jauh tampak seperti rumah adat Batak yang mengapung di atas air. Namun, setelah dekat ternyata sebuah kapal pesiar yang berlayar menuju pelabuhan di Tomok, Danau Toba, Samosir, beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Itulah kapal pesiar milik Pemerintah Kabupaten Samosir yang bentuknya seperti rumah adat Batak, lengkap dengan ornamen ukirnya. Kapal ini hendak mengantar rombongan keluarga berwisata dengan rute Tomok, Batu Gantung, Parapat, Air Terjun Situmurun Binanga Lom, Tomok. Paket wisata di sekitaran Danau Toba ditempuh antara 6 sampai 8 jam dengan biaya Rp 3 juta hingga Rp 4 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapal Pesiar Samosir, atapnya menjulang tinggi sehinggga tampak menonjol dari kejauhan. Bagian depan dan belakang ditata sedemikian mirip dengan rumah adat yang didekorasi dengan ukiran khas Batak. Namun, bahan-bahannya tidak lagi dari kayu yang besar sehingga tidak akan terlihat tiang-tiang berbentuk kayu bulat.
Kapal ini berukuran panjang 21,5 meter dan lebar 7 meter dengan bobot 10 gt. Strukturnya hampir seluruhnya terbuat dari bahan kayu sehingga bobotnya lebih berat dibanding kapal sejenis yang berkonstruksi baja.
Bobot yang berat membuat kapal ini lebih stabil dan tahan terhadap guncangan gelombang sehingga cocok untuk tujuan pelesir meski kecepatan menjadi berkurang.
"Tujuannya untuk pelesir dan menikmati keindahan alam, jadi kecepatan menjadi nomor dua," kata Pilippi Simarmata, Kepala Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir. Kapal ini berlayar dengan kecepatan 7,5 knot atau sekitar 12 sampai 13 kilometer per jam.
Konstruksi kayu dengan instalasi mesin model air tawar membuat getaran mesin berkurang, sementara bahan kayu yang dilapisi aspal yang menutupi lambung kapal menyebabkan suara mesin dapat lebih diredam. "Sehingga suara mesin relatif tidak terdengar, dan orang yang bercakap-cakap bisa lebih leluasa dan tidak terganggu suara bising," kata Simarmata.
Dalam uji coba melayari perairan Nainggolan-Bakkara yang gelombangnya relatif besar, kapal ini tetap stabil dan tidak terlalu goyang diguncang ombak.
Untuk keselamatan, kapal ini dilengkapi dua sekoci dengan daya tampung 20 orang, pelampung keselamatan 65 buah, pemadam api 3 unit, serta alat penunjuk keadaan darurat red hand flare. Kapal ini juga dilengkapi kompas dan peralatan GPS untuk panduan arah dan posisi kapal.
Terdapat dua dek, atas dan bawah dengan daya tampung keseluruhan 60 sampai 70 orang. Dek bawah terbuka sedangkan dek atas ditutupi dinding kaca sehingga lebih kedap suara. Di dek atas bisa dipakai untuk kegiatan rapat atau pertemuan bisnis.
Di dek bawah disediakan LCD projector dan sound system yang memadai untuk berbagai tujuan, seperti musik. Tersedia pula minibar untuk layanan minuman ringan, seperti air putih. Minibar ditargetkan bisa menyediakan minuman panas seperti kopi dan teh, ditambah makanan ringan.
Simarmata mengatakan saat ini belum tersedia layanan live music. Namun, bagi penyewa dibolehkan membawa alat musik seperti gitar atau keybord.
Di bagian belakang dek atas, terdapat balkon yang bisa menampung 12 orang untuk duduk santai menikmati embusan angin Danau Toba atau hangatnya sinar mentari. Lalu di bagian depan kapal, terdapat dua patung besar laki-laki berpakaian adat layaknya sedang manortor atau menari.
Ada dua toilet yang terletak di sebelah kiri dan kanan dek bawah bagian belakang. Toilet ini didisain ramah lingkungan dan tidak mencemari air danau.
Sejak diluncurkan 28 Desember 2017, hingga kini telah disewa sebanyak delapan kali oleh rombongan keluarga dari Medan, Kisaran, Parapat, dan Samosir.
Bupati Samosir Rapidin Simbolon pada pekan lalu mengatakan satu keluarga asal Medan yang menyewa kapal pesiar itu menyatakan puas dan ingin menggunakan kembali kapal ini. "Saya yakin ke depan pasarnya akan tumbuh dan layanan kapal ini akan menjadi bisnis yang menjanjikan," kata Rapidin Simbolon.
Friska Boru Naiborhu, karyawan Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir yang mengelola manajemen kapal itu mengatakan selain untuk tujuan wisata, kapal ini bisa dimanfaatkan untuk pertemuan bisnis, rapat, atau acara keluarga seperti pesta ulang tahun dan pesta pernikahan untuk ukuran terbatas.
Tarif sewa kapal yaitu Rp 1 juta untuk 1 jam pertama. 1 jam berikutnya Rp 500 ribu, 1 jam ketiga Rp 500 ribu, dan 1 jam keempat gratis. Lalu berulang seperti awal untuk jam berikutnya sehingga secara total biaya sewa tergantung lamanya penggunaan. Untuk penggunaan selama 8 jam biayanya Rp 4 juta.
Di Tomok, Tuktuk, atau di Parapat, terdapat puluhan kapal yang bisa disewa untuk pelayaran wisata. Namun, tidak memiliki fasilitas seperti di kapal pesiar milik pemerintah Samosir ini.
Kehadiran kapal pesiar ini diharapkan dapat mendukung program pengembangan pariwisata Danau Toba secara keseluruhan, terutama menghadapi target kunjungan wisatawan mancanegara satu juta orang pada tahun 2019. Berbagai obyek wisata di sekitar Danau Toba bisa dijangkau dengan kapal ini.
ANTARA