Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Keris Buatan Desa Wisata Aeng Tong-tong Akan Jadi Suvenir G20

Keris di Desa Aeng Tong-tong telah hadir sejak abad ke-19 dan terus dilestarikan oleh masyarakat hingga kini.

25 Mei 2022 | 09.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Keris khas Desa Aeng Tong-tong yang akan dijadikan cinderamata event G20. Dok. Kemenparekraf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Desa Wisata Aeng Tong-tong yang berada di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep Madura adalah desa yang dinobatkan oleh UNESCO sebagai satu-satunya desa wisata dengan empu keris terbanyak di dunia. Keunikan itu pun akan dipromosikan dalam event G20 dengan menjadikan keris yang diproduksi di sana sebagai suvenit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Keris ini akan menjadi suvenir yang akan ditampilkan, salah satunya untuk perhelatan G20. Ini merupakan penghargaan kami kepada negerinya para empu," kata Sandiaga dalam keterangannya, Selasa, 24 Mei 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Sandiaga, keris telah hadir sejak abad ke-19 dan menjadi senjata pamungkas para prajurit kala itu. Hingga kini keris masih terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Aeng Tong-tong.

Untuk sementara, Sandiaga telah memesan sebanyak 20 buah keris untuk setiap negara yang hadir dalam salah satu side event KTT G20. "Tadi saya juga sudah berkoordinasi dengan Bupati, karena keris ini butuh waktu pembuatan yang tidak sebentar, mungkin karena ada 20 negara jadi kita pesan 20 dulu untuk salah satu perhelatan G20, tapi nanti mungkin disesuaikan supaya bisa dibawa sebagai suvenir yang tidak merepotkan dan memberatkan dan tidak dilarang ketika naik pesawat," kata dia.

Pembuatan keris memang memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar satu hingga enam bulan untuk satu keris. Hal ini pun tergantung dari ukuran dan motif yang dibentuk. Untuk panjang keris di Pulau Madura sendiri normalnya antara 37 - 38 sentimeter.

Proses pembuatan keris dimulai dari pemilihan besi, penempaan, pembentukan bilah, kinatah (ukir besi jika keris ukir), warangka (pembuatan sarung keris yang terbuat dari kayu), terakhir mewarangi atau campuran cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau dicelupkan ke keris.

Salah satu pengrajin keris, Mas Hafeni mengatakan karena proses pembuatan yang cukup lama, maka dalam sebulan ada sekitar 5 - 7 keris yang terjual. "Produk keris kami ini juga sudah kami ekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Karena hanya orang-orang tertentu saja yang tertarik dan paham akan produk keris ini," ujarnya.

Desa Wisata Aeng Tong-tong sendiri memiliki galeri khusus keris yang menjadi ruang untuk menampilkan produk-produk keris. Di sana juga ditampilkan keris dari para leluhur yang telah berusia 300 tahun. Galeri ini juga diperuntukkan sebagai tempat berkumpulnya para empu, kolektor, hingga pemerhati keris. Selain itu, ada ritual pencucian keris dan ziarah kubur kepada leluhur empu yang disebut dengan Penjamasan Keris. Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta rakyat yang menampilkan kesenian tradisional seperti saronen dan macopat.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus