Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Apakah pekerjaan Anda selalu bersinggungan dengan deadline? Atau jangan-jangan Anda justru merasa lebih termotivasi dan bekerja lebih baik karena deadline? Kimberly Key, seorang praktisi psikologi sekaligus mantan presiden divisi dari American Counseling Association membeberkan dampak dampak buruk deadline bagi otak, kesehatan, dan hasil kerja kita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kimberly yang juga penulis buku Ten Keys to Staying Empowered in a Power Struggle ini, mengungkapkan di situs Psychologytoday.com mengenai tantangan yang kita temui di era budaya internet yang serba cepat seperti sekarang ini, menjadikan kita orang-orang yang berorientasi pada deadline. Menunda-nunda pekerjaan hingga deadline tiba tidak hanya membuat kita stres tapi juga dapat membunuh sel-sel otak, mengurangi kreativitas, dan melemahkan kesehatan seseorang. Lebih buruk lagi, deadline ibarat candu yang membuat orang ketergantungan tak ubahnya seperti seorang pecandu kafein yang menyelesaikan pekerjaannya sambil menyeruput secangkir kopi hitam panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai gejala akan muncul seiring kejaran deadline, antara lain emosi dan hormon stres meningkat. Tak hanya itu, sakit kepala serta masalah pencernaan juga akan muncul, dimana hal itu merupakan salah satu gejala pertama yang muncul ketika hormon stres mengambil alih.
Tentu Anda tidak ingin seperti itu terus bukan? Kimberly memberikan beberapa solusi praktis untuk Anda yang selalu berkejaran dengan deadline. Berikut tip darinya:
Selesaikan Pekerjaan Sebelum Deadline
Pertama, cobalah untuk mengubah cara bekerja Anda saat deadline mulai mendekat. Cobalah mengerjakan tugas sebelum waktu deadline tiba lalu hadiahi diri Anda sendiri karena telah berhasil menyelesaikannya sebelum deadline. Perlahan namun pasti, perubahan kebiasaan ini akan membantu Anda terhindar dari ketergantungan deadline. Stres berkurang, produktivitas kerja meningkat, lebih kreatif dan inovatif.
Nikmati Alam Rilis Stres
Kedua, luangkan waktu beberapa kali dalam sehari untuk bernapas dalam-dalam lalu hembuskan pelan-pelan. Mendengarkan kicauan burung di pagi hari, mencium bunga mawar, dan berjalan di rumput tanpa menggunakan alas kaki. Hal-hal seperti itu tampaknya sepele, namun dapat membetuk sisi spiritualitas kita dan sangat baik untuk fungsi otak secara keseluruhan. Studi mengenai spiritualitas seperti doa dan “Ilahi” telah mengungkapkan manfaat kesehatan yang luar biasa seperti penurunan tekanan darah, menurunkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Jangan Terpacu untuk Selalu Sempurna
Ketiga, hindari perfeksionisme. Tidak ada orang yang sempurna bukan? Nah, perfeksionisme justru seperti memberi jalan munculnya stres, lebih dari apapun. Perfeksionisme hanya menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran dan ketakutan yang tak beralasan. Bahwa Anda ingin pekerjaan Anda sesempurna mungkin. Alih-alih sempurna, pekerjaan Anda justru tak kunjung rampung hingga deadline menghadang di depan mata. So, nikmatilah pekerjaan Anda dan jangan bebani dengan ambisi pencapaian sebuah kesempurnaan.
Tulisan ini sudah tayang di Rahmaanandita