Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Pangkalpinang - Pengamat pariwisata F Rach Suherman mengatakan lahan bekas tambang bijih timah di Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berpotensi menjadi objek wisata menarik. “Itu bisa meningkatkan kunjungan wisatawan dan ekonomi masyarakat di daerah itu,” kata dia, Sabtu, 15/12.
Menurut Rach berbicara pariwisata Belitung Timur tentunya tidak sekadar pantai, tetapi banyak spot lain yang bisa dimaksimalkan misalnya bekas lahan tambang timah. "Sangat mungkin lahan bekas tambang dikembangkan menjadi kawasan pariwisata, karena saat ini konsentrasi modal di bisnis properti sedang bergerak menuju wilayah atau potensi baru di luar kota besar.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mewanti-wanti untuk mengelola area bekas tambang membutuhkan revolusi berpikir dan berbuat. "Sepanjang legalitas lahan dan peruntukan pascapenambangan jelas, sebaiknya lahan-lahan seperti ini cepat-direvitalisasi,” kata Rach. Hal itu penting agar menjadi manfaat baru yang memberi nilai tambah kepada masyarakat baik dari sisi ekonomi, sosial, dan peningkatan daya saing daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk itu perlu melibatkan semua stakeholder dan menghadirkan pemodal sehingga lahan bekas tambang tidak kehilangan nilai kelola. "Pengusaha butuh kepastian bisnis, masyarakat butuh dampak positif.”
Saat ini sudah ada contoh kisah sukses pemanfaatan bekas tambang menjadi lahan produktif. Adalah Pemerintah Desa Bukit Kijang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mengelola 23 hektare bekas tambang bijih timah. Lahan itu berhasil diubah menjadi lahan produktif, guna meningkatkan perekonomian warga di daerah itu.
"Seluas 23 hektare lahan bekas tambang timah sudah ditanami berbagai tanaman holtikultura, ternak sapi dan budidaya ikan air tawar," kata Kepala Desa Bukit Kijang Idryansyah. Hal itu dilakukan bekerja sama dengan PT Timah Tbk dan Kementerian Pertanian.
Lahan seluas 23 hektare tersebut, rinciannya adalah lima hektare bekerja sama dengan PT Timah Tbk, 10 hektare dengan Kementerian Pertanian dan delapan hektare lainnya dikelola kelompok petani Desa Bukit Kijang.
Menurut Idryansah bekas tambang bijih timah tersebut sebelumya terlantar dan tidak dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian, peternakan dan budidaya ikan air tawar. "Alhamdulilah berkat dorongan dan bantuan PT Timah, pemerintah provinsi dan pusat lahan bekas timah yang sebelumnya terbengkali bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa," kata dia.
Contoh sukses lain adalah Kelompok Sadar Wisata Desa Deniang Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mengembangkan angrowisata di lahan bekas penambangan bijih timah atau kolong. Luas lahan yang dimanfaatkan adalah 4 hektare.
"Kita bersama warga secara bergotong-royong membangun sarana dan prasarana di kawasan angrowisata ini," kata Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Pokdarwis Deniang, Slamet.
Selain membangun sarana dan prasarana seperti jalan, tempat beristirahat wisatawan, arena bermain dan fasilitas pendukung lainnya, Bumdes dengan warga juga menanami kawasan bekas tambang berbagai tanaman buah-buahan, penebaran bibit ikan dan lainnya. Di sana telah disiapkan konsep agrowisata yang menarik dan asri, agar pengunjung betah berlama-lama berwisata di daerah ini.
Ia mengatakan kendala pengembangan agrowisata ini yaitu keterbatasan anggaran untuk pembangun jalan dan fasilitas pendukung lainnya seperti kamar mandi, air bersih dan lainnya. "Kami berharap pemerintah daerah dan perusahaan khususnya PT Timah dapat membantu pengembangan agrowisata ini.”
Sekretaris Daerah Kabupaten Belitung Timur Ikhwan Fahrozi sempat kaget bekas tambang bijih timah bisa dikelola dan dijadikan lahan pertanian sayur mayur. "Saya kaget bekas tambang ini bisa ditanami cabai, bawang, bayam, kacang panjang, dan sayur lainnya," kata dia saat singgah di Desa Selinsing yang berhasil menjadikan bekas tambang timah di daerah itu.
Ia mengaku setiap pulang kerja melewati Desa Selinsing, namun begitu singgah ternyata melihat bahwa lahan bekas tambang yang kritis disulap warga menjadi lahan pertanian hortikultura. "Ini salah satu contoh kecil dari PT Timah yang memberdayakan warga desa menjadikan lahan kritis menjadi produktif," katanya.
ANTARA