Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi warga Kota Surabaya, wisata pecinan Kya-Kya yang terletak di Jalan Kembang Jepun Surabaya mungkin tidak asing. Setelah beberapa tahun mati suri, wisata ini kembali dihidupkan beberapa waktu lalu. Apa keunikan dari Kya-Kya tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi pecinta wisata sejarah dan kuliner khas Tionghoa, Wisata Pecinan Kya-Kya di Surabaya menjadi tempat yang layak dikunjungi. Kawasan Kembang Jepun sejatinya sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan menjadi tempat banyak orang dari berbagai bangsa tinggal. Nama Kembang Jepun dikenal ketika masa penjajahan Jepang atau Jepun. Ketika itu, banyak serdadu Jepang yang mencari teman wanita atau juga disebut kembang di sekitar daerah ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika masa pemerintah Belanda, jalan ini dinamakan Handelstraat. Handel artinya perdagangan dan straat artinya jalan. Banyak pedagang asing yang berlabuh di sepanjang Jalan Kembang Jepun, Kota Surabaya. Lalu melihat keragaman budaya, pemerintah Belanda akhirnya membagi daerah ini berdasarkan beberapa daerah.
Pemerintah Belanda menempatkan kampung Arab dan Melayu di daerah utara. Kawasan menjadi Pecinan di selatan Kalimas, dengan Jalan Kembang Jepun sebagai pembatasnya. Belanda sendiri tinggal di Barat Kalimas yang kemudian mendirikan komunitas "Eropa Kecil".
Seiring waktu berjalan, para pedagang Tionghoa mulai masuk dan membangun kawasan bernuansa Pecinan. Banyak fasilitas hiburan didirikan, bahkan ada yang masih bertahan hingga kini, seperti Restoran Kiet Wan Kie.
Awal abad ke-21, pemerintah Kota Surabaya pernah berkeinginan untuk menjadikan kawasan Kembang Jepun menjadi semacam Malioboro, namun tak ada tanggapan baik dari pedagang kaki lima. Akibatnya kawasan ini menjadi gelap gulita dan rawan kejahatan.
Melihat hal ini, ide muncul dari Dahlan Iskan selaku Menteri BUMN untuk menjadikan tempat ini sebagai ikon kota Surabaya pada 2003. Tahap demi tahap pembangunan pusat Kya-kya didesain dengan rapi di sepanjang jalan seluas 20 meter dan panjang 730 meter.
Dengan ukuran itu, pemerintah memperkirakan dapat menampung 200 pedagang, 2000 kursi, beserta 500 meja makan dengan memperhatikan keamanan.
Keunikan Kya-Kya Surabaya
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Surabaya, surabaya.go.id, Kya-Kya merupakan salah satu alternatif tujuan wisata di Kota Surabaya, seperti Tunjungan Romansa dan Wisata Air Perahu Kalimas.
Disini, Para pengunjung bisa menaiki becak untuk menelusuri sejarah Pecinan tempo dulu, ada rumah anutan dan juga klenteng. Bahkan, para pengunjung juga bisa menikmati makanan khas Pecinan dengan 60 UMKM dan 30 diantaranya berasal dari UMKM sekitar kawasan wisata Kya-Kya.
Setelah direvitalisasi pada 2022 lalu, kawasan ini dikelilingi dengan lampion hingga sejumlah mural di dindingnya. Selain itu, wisata Kya-Kya ini juga dikonsep layaknya Tunjungan Romansa. Jalur Pedestriannya juga akan dilebarkan untuk mendukung pejalan kaki di Wilayah tersebut.
Daya tarik lainnya adalah sejumlah ornamen dan bangunan bersejarah yang masih awet hingga kini. Dengan arsitektur Tionghoa, banyak fasilitas hiburan yang didirikan sejak dahulu yang bahkan ada yang masih bertahan hingga kini, seperti Restoran Kiet Wan Kie.
Untuk sementara, Kya-kya akan buka pada hari Jumat, Sabtu, dan, Ahad, mulai bakda magrib hingga pukul 22.00 WIB. “Kami juga akan melihat antusiasme warga, jika memang tinggi tidak menutup kemungkinan akan kami tambah,” ujar Eri Cahyadi, Wali Kota Surabaya.
Kya-Kya Surabaya berhasil didirikan pada 31 Mei 2003, bertepatan dengan hari ulang tahun kota Surabaya. Kawasan ini semakin diminati masyarakat, terutama ketika malam hari yang menyuguhkan atraksi barongsai, festival ngamen, dan suguhan musik keroncong, Acara tematik seperti Shanghai Night dan Agoestoesan Tjap Kya-kya Kembang Djepoen.
Keramaian ini hanya lima tahun atau berakhir tepat pada 2008. Pasalnya, saat itu harga makanan naik. Sedangkan barang yang terjual di pasar ini semakin berkurang.
Dalam catatan Tempo, Kya-kya Surabaya mengalami kebangkitan dengan nama Kya-Kya Reborn yang diresmikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, pada 10 September 2022. Ia juga memanjangkan kawasan Pecinan ini karena melihat antusiasme warga dan para UMKM.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.