Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo -Bagi para wisatawan, Kota Solo merupakan salah satu daerah tempat menjelajah kuliner. Berbagai makanan lezat tersedia, baik makanan modern hingga makanan tradisional yang legendaris. Salah satu tempat jajan sekaligus nongkrong yang populer adalah wedangan alias angkringan. Para penjual wedangan sangat mudah dijumpai di kota itu, terutama pada malam hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namanya wedangan, sajian wedang atau minuman hangat menjadi salah satu unggulan, baik dari teh, kopi, jahe hingga wedang tape. Sedangkan nasi yang dihidangkan berupa nasi bungkus dengan sepotong bandeng, sehingga sering disebut dengan nasi kucing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, wedangan juga menjual berbagai makanan lain, seperti aneka gorengan, sate usus ayam, kacang goreng, jadah dan berbagai makanan kelas kampung lain.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Subagyo mengaku belum pernah melakukan pendataan menyeluruh mengenai jumlah wedangan yang ada di kota itu. “Tapi hitungan kasar kami tidak kurang dari 2.500 wedangan,” katanya, Ahad 24 Desember 2017.Kopi Joss mungkin tak asing lagi bagi warga Indonesia. Kopi ini disajikan dengan tambahan arang panas ini banyak dijajakan di angkringan di kawasan Yogyakarta. Arang panas yang ditambahkan ke dalam gelas kopi menciptakan suara mendesis. oddee.com
Ribuan pedagang itu menjadi salah satu penggerak ekonomi, terutama pada malam hari. “Jika satu wedangan saja ber-omzet Rp 500 ribu, maka perputaran uangnya mencapai miliaran,” katanya.
Padahal, saat ini wedangan bukan sekadar berbentuk gerobak dan berjualan sebagai pedagang kaki lima. Beberapa wedangan mengembangkan cara jualnnya layaknya rumah makan. Tentunya, banyak yang mencoba menangkap peluang dengan menyasar masyarakat kalangan atas serta para wisatawan.
Masing-masing wedangan menawarkan keunggulan masing-masing, seperti ramuan teh, kebersihan, pelayanan serta kenyamanan. Berikut beberapa wedangan yang cukup populer di Kota Solo.
Wedangan Basuki
Wedangan ini terletak sekitar 500 meter sebelah selatan Stasiun Purwosari. Lokasi jualannya memanfaatkan halaman gerai Lumbung Batik Laweyan.
Salah satu keunggulan wedangan ini adalah racikan teh yang harum, sepat dan kental. Wedang teh yang dipesan oleh pelanggan diseduh satu per satu oleh penjualnya.
Meski tempat berjualannya cukup standar, wedangan ini dipadati pembeli setiap malam. Kebanyak pembelinya adalah orang-orang bermobil. Untungnya, lokasi parkir di wedangan itu lumayan luas.
Wedangan Bung Klithik
Wedangan ini terletak di Jalan MT Haryono, tepatnya di sebelah utara kompleks Stadion Manahan. Tempat nongkrong ini memiliki tempat duduk lesehan yang cukup luas.
Racikan teh juga menjadi daya tarik utama dari wedangan ini. Jajanan yang tersedia juga cukup lengkap, termasuk nasi bandeng serta nasi oseng.
Untuk menikmati wedangan di tempat ini tidak harus menunggu malam hari. Sebab, Bung Klithik buka 24 jam nonstop. Sedangkan pengunjung malam hari bisa menikmati hiburan organ tunggal atau bahkan ikut bernyanyi.
Lawang Djoendjing
Wedangan ini terletak di dalam perkampungan, tepatnya di daerah Kadipiro. Meski lokasinya cukup tersembunyi, pengunjung akan mudah menemukannya dengan memanfaatkan aplikasi peta di telepon cerdas.
Makanan yang tersaji cukup lengkap, mulai beraneka wedang, jajanan tradisional hingga sate kere. Harga makanan juga terpampang sangat jelas.
Meski berada di perkampungan, wedangan ini mampu menerima tamu berombongan hingga lebih dari 100 orang. Lokasinya memang cukup luas dan sangat nyaman.
Pengunjung bisa memanjakan mata dengan menikmati nuansa etnik yang cukup kental, sekaligus cocok untuk aktivitas swafoto. Uniknya, sebagian bahan yang digunakan untuk membangun tempat itu merupakan benda-benda daur ulang.
Wedangan Cangkir Blirik
Sesuai namanya, wedangan ini menyajikan minuman hangat menggunakan cangkir enamel warna blirik atau doreng hijau-putih. Wedangan ini terletak di kawasan Banyuanyar.
Suasana wedangan di Cangkir Blirik cukup nyaman. Kebanyakan tempat duduknya adalah kursi kayu model jengki kuno, sehingga nuansanya cukup hommy.
Lokasinya yang berada di dekat persawahan membuat sirkulasi udara cukup lancar. Pengunjung terbebas dari rasa gerah meski tanpa kipas angin atau penyejuk ruangan.
Dinding-dindingnya terbuat dari kayu atau yang dikenal dengan nama gebyok. Beberapa benda kuno menjado benda pajangan yang memperkuat kesan vintage.
AHMAD RAFIQ (Solo)
Berita lain: