DUA badut raksasa dari kayu menghiasi panggung Balai Sidang
Senayan, Jakarta. Para peserta Lomba Lawak Tingkat Nasional
(LLTN), muncul di sela-sela gigi badut kayu yang menganga. Otong
Lenon, salah seorang peserta ketika muncul langsung menertawakan
gigi patung badut yang lumayan besarnya itu. "Ini gigi siapa?"
tanyanya dan dijawabnya sendiri: "Mungkin gigi orang Departemen
Penerangan."
Sekiur 2000 orang penonton babak final LLTN Selasa malam pekan
lalu, sempat tergelitik oleh banyolan Otong. Sebenarnya tidak
ada yang istimewa dari peserta DKI ini, tetapi ia yang paling
menarik bagi para juri. Karena itu, ia meraih tempat kedua.
Pemenang pertama dan ketiga ditiadakan. Juara-juara harapan
diraih Dafri (Sum-Sel), harapan kedua tidak ada dan ketiga
Lakidin (Sum-Ut). Di nomor kelompok, juara pertama dan ketiga
ditiadakan. Sedang pemenang kedua diraih peserta kelompok dari
DKI -- dengan juara harapan Sum-Ut, Kal-Tim dan Bali.
Otong Lenon (nama belakangnya, katanya, meminjam nama penyanyi
terkenal John Lenon almarhum) dengan tubuh sependek Ateng,
sehari-hari adalah penunggu pajangan Pusat Kerajinan Kecil di
toko serba ada Sarinah. Bekas mahasiswa Universitas Jakarta
(jurusan akuntan) ini, mengaku ingin menjadikan lawak sebagai
karirnya. Pernah muncul di beberapa film, dan sudah merekam dua
buah kaset banyolan, Otong, 24 tahun, dengan grup Bel Chuapnya,
menurut dia, segera akan muncul di beberapa film lagi. Selain
beberapa plala, ia juga mengantungi hadiah uang Rp 450.000 -- Rp
300. 000 dari lomba nasional dan Rp 150.000 dari lomba DKI.
Babak penyisihan lomba lawak ini diselenggarakan TVRI RRI dan
Koordinator Artis Safari, di stasiun TVRI Jakarta, Yogya,
Surabaya, Medan, Bali, Ujungpandang, Samarinda dan Manado. Dalam
babak final, setiap stasiun TVRI hanya boleh mengirimkan
pemenang pertama untuk perorangan, maupun untuk kelompok. Jumlah
peserta di babak penyisihan, "cukup membanggakan," ujar Bucuk
Soeharto, ketua panitia. Misalnya, untuk nomor perorangan di
Surabaya diikuti 1260 orang peserta, dan untuk kelompok di
Jakarta 412 grup.
Abu Nawas
Hanya saja penampilan pelawak - terutama grup -- masih,
"begitu-begitu saja," ujar Arwah Setiawan, salah seorang juri.
Misalnya dalam penampilan satu kelompok, hampir selalu terjadi:
salah seorang muncul dulu, berceloteh sendirian dan kemudian
memanggil teman, atau temannya datang sendiri - seperti gaya
ludruk atau dagelan Jawa. Dalam nomor perorangan, menurut
Arwah, Otong tidak istimewa, karena itu ia tidak memenuhi
kriteria pemenang pertama.
Di antara para peserta final, bahkan masih ada yang terkena
demam panggung. Misalnya peserta dari Bali, tidak mampu bertahan
lebih dari 3 menit dari 10 menit waktu yang disediakan. Ida
Bagus Pudjana (34 tahun), berpakaian rapi dengan safari dan topi
bayi, tetapi bicaranya tak keruan. Dua menit di panggung, ia
sudah disuruh penonton turun. Akhirnya, ia pun turun. "Tiba-tiba
saya tak mampu berkonsentrasi," dia mengaku kemudian.
Ketua Panitia, Bucuk Soeharto, mengakui juga tidak ada yang
istimewa dari lomba itu. "Kalaupun ada yang istimewa, adalah
karena beberapa menteri ikut menyampaikan hadiah," katanya. Dan
memang di antara pengunjung yang memadati Balai Sidang, terdapat
Menteri Soerono, Ali Moertopo, Martono, Emil Salim dan Daoed
Joesoef.
Senda gurau Menpen Ali Moertopo tentang para peserta ternyata
menarik juga. Sebab memang tak seorang peserta pun yang
non-Jawa, meskipun datang dari berbagai daerah. Anggota grup
Kal-Tim yang meraih juara harapan II, ternyata semuanya berasal
dari Jawa. "Kok mesti Jawa, mengapa tidak ada Dayak asli
misalnya? " tanya Menpen Ali Moertopo ketika menjamu peserta
beberapa saat sebelum final dimulai. Akhirnya ia jawab sendiri:
"Mungkin karena di Jawa sejak dulu lawak sudah diperhatikan. "
Misalnya, tambah Menpen, dalam sejarah Majapahit sendiri,
ternyata lawak sudah dilembagakan sebagai salah satu unsur dalam
pemerintahan. Kultur Jawa itu, dikombinasikan lagi dengan
kultur Islam yang punya "Abu Nawas" di Baghdad. "Jadi
saudara-saudara adalah keturunan Abu Nawas," ujar Menpen Ali
Moertopo, memancing tawa para pelawak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini