Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Menelusuri Kronik Kota Sukabumi Sedari Era Hindia Belanda

Meskipun berada di kaki gunung, letak Kota Sukabumi cukup strategis karena berada alur lintasan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan Ibukota Jakarta.

1 April 2024 | 23.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Sukabumi adalah kota transit antara Bandung-Jakarta yang sejuk dan nyaman untuk disinggahi. Kota ini terletak di bagian selatan Jawa Barat, Berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada ketinggian 584 meter di atas permukaan laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun berada di kaki gunung, letak Kota Sukabumi cukup strategis karena berada pada jalur lintasan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan Ibukota Negara Jakarta. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada awalnya Kota Sukabumi merupakan pemukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang. Afdeeling Tjiandjoer, Residentie Preanger. (Regeerings Almanaks tahun 1872).

Dalam tata pemerintahan Hindia Belanda, Sukabumi pada tahun 1913 masih disebut sebagai ”hoofdplaats van het district Goenoeng Parang”. (Encyclopaedie van Nederlandsch Indie (ENI), hlm. 814 dan 815) Tahun 1914, nama Gunung Parang mendapat sebutan ganda.

Selain disebut Gunung Parang disebut pula Sukabumi. Hal ini terjadi ketika Gunung Parang berkembang menjadi pemukiman berpenghuni pengusaha perkebunan berkebangsaan Belanda dan Cina (Mukhtar 2013:18). Status district (kewedanaan) Gunung Parang kemudian berubah menjadi Onderafdeeling Soekaboemi (Kecamatan Sukabumi), Afdeeling RegentschappenTjiandjoer, Residentie Preanger, dengan luas wilayah sekitar 225 km2

Pada tahun 1914 Pemerintah Hindia Belanda mengubah Onderafdeeling Soekaboemi menjadi Gemeente Soekaboemi (Kota Sukabumi) dengan status Burgerlijkbestuur (pemerintahan sipil yang otonom atau kota swapraja). Dipimpin oleh seorang Burgemeester (Walikota). Selama 12 tahun pemerintahan belum berjalan karena belum ada pejabat yang diangkat.

Pada bulan Oktober 1926 Pemerintah Hindia Belanda mengangkat Mr. G.F. Rambonnet sebagai Eerste Burgemeester Soekaboemi, merangkap Sekretaris kota dengan 10 orang Anggota Dewan Kota. Sesuai undang-undang, tiga orang di antaranya adalah warga setempat dan satu orang warga keturunan Cina, yaitu: Raden Djajakoesoemah, Raden Sadeli, Raden Demang Karnabrata, dan Oeij Djin Tjiang. G.F. Rambonnet menduduki jabatan walikota sampai dengan tahun 1934.

Dalam Regeerings Almanak dari tahun 1934 sampai dengan tahun 1940 tidak ditemui catatan mengenai siapa yang menggantikan Mr. Rambonnet sebagai walikota. Namun demikian, dalam buku saku terbitan Bappeda Sukabumi tahun 1981 disebutkan pengganti Rambonnet secara berturut-turut sampai tahun 1942 adalah Ouwenkerk (1935-1939), A .L.A. van Unen (1940-1941), dan terakhir W.J. Ph. Van Waning (1942). Perkembangan kota dan struktur pemerintahan Sukabumi berjalan demikian cepat melampaui Cianjur yang sebelumnya berada di depan.

Pada tahun 1929, struktur tata pemerintahan Hindia Belanda untuk wilayah yang menjadi Jawa Barat berubah. Kata Preanger berganti Priangan. Residenschap Priangan dibagi menjadi tiga afdeeling ; Afdeeling West-Priangan dengan Sukabumi sebagai hoofdplaats (Ibukota), Midden-Priangan dengan ibukota Bandung, dan Oost-Priangan dengan ibukota Tasikmalaya.

Dengan demikian Sukabumi (dan Cianjur) tergabung dalam Afdeeling West-Priangan van de Provincie West-Java, dengan Hoofdafdeeling Mr. A.A. de Waas. Setelah Indonesia merdeka, berturut-turut terjadi perubahan nama dari Gemeente Soeka Boemi (1914-1942) menjadi Soekaboemi Shi (1942-11945), Kota Kecil Sukabumi (Undang-undang 
No. 17 Tahun 1950), Kota Praja Sukabumi (UU No. 1 Tahun 1957), Kotamadya Sukabumi (UU No. 18 Tahun 1965), Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi (UU No. 5 Tahun 1974) dan akhirnya melalui Undang-undang No. 22 tahun 1999, UU No 32 Tahun 2003 hingga sekarang menjadi Kota Sukabumi

DIMAS KUSWANTORO | SETIA NUGRAHA | MEDIA.NELITI
Pilihan editor: Karier Politik Desy Ratnasari, Penyanyi Tenda Biru Berkali Jadi Anggota DPR dari Partai Biru

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus