Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Musikus Senggigi Lombok Barat NTB Pentas Daring Sambil Buka Donasi

Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, NTB, menggelar Parade Akustik untuk mengenang mulanya kejayaan pariwisata Senggigi di era 1990-an.

1 Maret 2021 | 04.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Acara Parade Akustik di Senggigi, Lombok Barat, NTB. Dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Mataram - Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Parade Akustik pada Rabu - Kamis, 24 - 25 Februari 2021. Parade Akustik ini merupakan bagian dari Calendar of Event 2021 sebagai upaya memulihkan pariwisata khususnya di kawasan Senggigi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Saepul Akhkam mengatakan Parade Akustik diikuti oleh 13 kelompok musik dari berbagai kota di Lombok, Bali, Jakarta, Jawa Timur, dan Kupang. Peserta yang tampil adalah D'Chord, Execute Band, Djangkos Band, One Drop Band, Shankara Band, Groovy Band, Ozone Band, Soulfee Band, Newnormal Accoustik, Roemeo Group, MJS Band, Buku Baru, dan Biru Jingga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saepul Akhkam menjelaskan, ada dua hal unik dalam Parade Akustik tersebut. Pertama, peserta wajib memilih lagu yang tren di tahun 1990-an. Kedua, masyarakat dapat menggalang donasi buat musikus agar dapat terus berkarya di masa pandemi Covid-19. "Kami berharap agenda pariwisata ini mampu menjadi titik balik kebangkitan Senggigi," katanya.

Panitia Parade Akustik menetapkan sejumlah lagu wajib bagi peserta, yakni Wish You Were Here dari Pink Floyd, Red Red Wine - UB 40, It Must Have Been Love - Roxette, Kangen - Dewa 19, Mawar Merah - Slank, dan Kasmaran - Iga Mawarni. Lagu favorit pilihan peserta adalah Wish You Were Here dari Pink Floyd dan Mawar Merah Slank.

Adapun lagu pilihannya adalah I Don't to Talk About It (Rod Stewart), Fields of Gold (Sting), Hotel California (The Eagle), To Be With You (Mr. Big), My Heart Will go On (Celine Dion), Could You Be Loved (Bob Marley), Sanggupkah (Andi Liany), Cinta (Panduwinata), Terpurukku di Sini (Kla Project). Lagu pilihan terfavorit adalah I Don't to Talk About It (Rod Stewart).

Saepul Akhkam mengatakan, sebagian besar lagu yang dilantunkan sengaja dari mancanegara karena era 1990-an adalah masa mula kejayaan pariwisata Senggigi, Lombok, NTB. "Saat itu sebagian besar wisatawan yang datang berasal dari luar negeri," ucapnya.

Seorang musikus yang sering tampil di kawasan Senggigi, Ary Juliyant mengatakan pariwisata sedang terpuruk selama pandemi Covid-19. Untuk menyiasati sepinya wisatawan, dia tampil lewat online dan membuka donasi dari penonton. Masih ada masyarakat yang bersimpati dengan mengirimkan donasi semampu mereka, mulai dari Rp 50 ribu, Rp 250 ribu, sampai Rp 500 ribu

"Saya pernah mendapat kiriman dari Bandung,'' kata Ary Juliyant. Untuk bertahan hidup, menurut dia, musikus yang biasa tampil di sejumlah kafe di Senggigi terpaksa beralih profesi menjadi pembuat dan penjual makanan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus