Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

NTT Jelaskan Konsep Pembangunan di Pulau Rinca Komodo, Bukan Jurassic Park

Salah satu alasan penataan kawasan wisata Labuan Bajo, termasuk pulau habitat komodo dimaksudkan untuk menyambut Asean Summit dan G20 pada 2023.

27 Oktober 2020 | 19.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seekor komodo melintas di dekat pengunjung di Pulau Rinca, Kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, Ahad, 14 Oktober 2018. Sementara di Pulau Komodo populasinya berjumlah sekitar 1.300 ekor. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Kupang - Proyek pembangunan di pulau Rinca, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur menjadi perbincangan setelah beredar foto viral yang memperlihatkan seekor komodo berhadapan dengan sebuah truk. Proyek yang disebut mirip Jurassic Park itu akan mengubah pulau yang menjadi habitat komodo itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun Kepala Biro Humas Sekretariat Daerah Nusa Tenggara Timur, Marius Jelamu menyebut bahwa konsep pembangunan itu bukan seperti Jurassic Park. "Konsep pembangunan di Pulau Rinca adalah ekowisata, bukan Jurassic Park," kata dia kepada Tempo, Selasa, 27 Oktober 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marius menjelaskan pembangunan di pulau Rinca hanya dilakukan di wilayah seluas lima hektare dari total luas pulau yang mencapai 20 ribu hektare. Pembangunan itu meliputi perbaikan pelabuhan yang sudah rusak serta sejumlah sarana prasarana wisata seperti gedung ranger, pusat informasi, restoran, home stay dan resort.

"Jadi nanti, pengunjung tidak lihat langsung komodo dari dekat, tapi cukup dilihat dari jauh melalui ruangan ranger itu. Mereka tidak langsung berhadapan secara fisik. Akan disiapkan teknologi agar bisa dilihat dari jarak jauh," kata Marius.

Pembangunan itu, kata Marius, sekaligus menjadikan pulau Rinca sebagai pusat ekonomi baru guna menggerakkan ekonomi masyarakat setempat. Apalagi Labuan Bajo sudah menjadi destinasi wisata kelas super premium sehingga sarana prasarana yang disiapkan juga harus setara.

Menurut Marius, salah satu alasan penataan kawasan wisata Labuan Bajo dimaksudkan untuk menyambut Asean Summit dan pertemuan G20 pada 2023. Labuan Bajo pun diperkirakan akan dikunjungi oleh ribuan orang.

Terkait warga yang direlokasi akibat pembangunan itu, Marius membantahnya. Menurut dia, tidak ada masyarakat yang direlokasi dari pulau Rinca. Justru masyarakat dilibatkan dalam pembangunan di sana.

"Masyarakat tidak direlokasi, mereka justru dilibatkan dalam semua kegiatan, seperti pembangunan dermaga atau dijadikan ranger. Bahkan, diharapkan mereka bisa terlibat di restoran atau home stay yang akan dibangun," kata Marius.

Menurut Marius, Pemprov NTT juga telah meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mengerjakan proyek tersebut untuk memperhatikan konservasi dan ekosistem komodo agar tetap terjaga. "Masih ada ribuan hektare untuk konservasi 1.300 komodo yang ada di Pulau Rinca," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Walhi NTT, Umbu Wulang menegaskan pihaknya menolak pembangunan dengan konsep Jurassic Park itu karena dinilai tidak berbasis sains dan hanya branding untuk kepentingan bisnis semata. Proyek itu dianggap mengganggu ruang hidup komodo dan dinamika mata rantainya.

Menurut Umbu, pembangunan di kawasan Loh Buaya itu dapat mengubah bentang alamnya dan memaksa satwa komodo untuk beradaptasi dengan bentang alam baru. Hal tersebut bisa merugikan kepentingan konservasi komodo sebagai satwa endemik NTT.

"Walhi NTT menolak pembangunan infrastruktur berskala besar dan rakus lahan di kawasan asli komodo atas nama kepentingan investasi pariwisata," kata Umbu.

Pemerintah, menurut Umbu, semestinya mendorong wisata kawasan yang ramah lingkungan serta tidak berbasis infrastruktur skala besar dan tidak rakus lahan. "Dan itu hanya bisa dicapai bila mengembangkan pariwisata berbasis komunitas yang terbatas dan berkelanjutan. Syaratnya, sains dan urusan konservasi-nya sudah beres," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus