Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Pariwisata Kabupaten Malaka bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata menggelar Festival Cross Border Malaka (FCBM) 2018, Kamis, 23 Agustus 2018. Festival itu dihelat guna menggaet wisatawan asing dari negara tetangga untuk mengunjungi wilayah perbatasan Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bidang Pemasaran Area II Regional III di Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Hendry Noviardi mengatakan wisman crossborder atau wilayah perbatasan NTT hingga akhir tahun ini ditargetkan 1,6 juta kunjungan. “Jumlah ini termasuk kedua yang terbesar setelah Kepulauan Riau yang menargetkan 4 juta wisman selama satu tahun,” ujarnya dalam rilis yang disiarkan Kementerian Pariwisata pada Jumat, 24 Agustus 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FCBM dilaksanakan selama dua hari, yakni 23 dan 24 Agustus. Dalam pembukaannya kemarin, penonton dihibur dengan tarian tradisional likurai. Tari likurai adalah seni tradisional NTT. Tarian itu dibawakan oleh belasan remaja yang tergabung dalam sanggar Fajar Timur Kobalima.
Tak hanya tari likurai, penonton disuguhi dengan penampilan warga lokal yang memperagakan Tari Tebe. Sama dengan likurai, tari tebe merupakan seni tradisional khas NTT. Tarian ini dipraktikkan oleh 28 remaja yang berjoget dengan cara berpasang-pasangan. Maksud tarian tersebut adalah mengekspresikan pujian, kritikan, dan permohonan.
Setelah suguhan tari-tarian, penonton dihibur dengan pertunjukan musik dan tari tradisional. Dalam agenda wisata itu, Hip Hop Malaka Clan, band lokal MOOSA, dan sejumlah kelompok penari modern tampil. Adapun penampil utamanya adalah Mario G. Klau.
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauzi mengatakan tahun ini NTT menggelar empat agenda crossborder. Di antaranya Festival Cross Border Atambua pada 27-28 Juli, Festival Cross Border Malaka 23-24 Agustus, Festival Fulan Fehan di Atambua pada Oktober mendatang, dan Konser Musik Crossborder di Timor Tengah Utara pada November nanti.
NTT merupakan salah satu wilayah pintu masuk wisatawan lintas batas melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Daerah itu diklaim sangat potensial bagi wisatawan asal Timor Leste yang ingin ke Indonesia. Ada tiga pintu masuk yang potensial di area perbatasan. Di antaranya PLBN Mota'ain, Motamasin dan Wini.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kesuksesan agenda wisata crossborder. “Kuncinya adalah sajian musik, seni-budaya, dan kuliner. Ini atraksi menarik untuk menggaet pasar negara tetangga,” kata Arief.