Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Pancing Wisatawan, Nusa Tengga Timur Gelar Festival Crossborder

Dinas Pariwisata Kabupaten Malaka bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata menggelar Festival Cross Border Malaka (FCBM) 2018

24 Agustus 2018 | 19.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah warga melakukan tarian adat dalam pawai budaya pembukaan Sail Komodo 2013 di Labuan Bajo, Flores, NTT, (8/5). Kegiatan ini akan dihadiri oleh 47 negara. Tempo/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Pariwisata Kabupaten Malaka bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata menggelar Festival Cross Border Malaka (FCBM) 2018, Kamis, 23 Agustus 2018. Festival itu dihelat guna menggaet wisatawan asing dari negara tetangga untuk mengunjungi wilayah perbatasan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Bidang Pemasaran Area II Regional III di Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Hendry Noviardi mengatakan wisman crossborder atau wilayah perbatasan NTT hingga akhir tahun ini ditargetkan 1,6 juta kunjungan. “Jumlah ini termasuk kedua yang terbesar setelah Kepulauan Riau yang menargetkan 4 juta wisman selama satu tahun,” ujarnya dalam rilis yang disiarkan Kementerian Pariwisata pada Jumat, 24 Agustus 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FCBM dilaksanakan selama dua hari, yakni 23 dan 24 Agustus. Dalam pembukaannya kemarin, penonton dihibur dengan tarian tradisional likurai. Tari likurai adalah seni tradisional NTT. Tarian itu dibawakan oleh belasan remaja yang tergabung dalam sanggar Fajar Timur Kobalima. 

Tak hanya tari likurai, penonton disuguhi dengan penampilan warga lokal yang memperagakan Tari Tebe. Sama dengan likurai, tari tebe merupakan seni tradisional khas NTT. Tarian ini dipraktikkan oleh 28 remaja yang berjoget dengan cara berpasang-pasangan. Maksud tarian tersebut adalah mengekspresikan pujian, kritikan, dan permohonan.

Setelah suguhan tari-tarian, penonton dihibur dengan pertunjukan musik dan tari tradisional. Dalam agenda wisata itu, Hip Hop Malaka Clan, band lokal MOOSA, dan sejumlah kelompok penari modern tampil. Adapun penampil utamanya adalah Mario G. Klau.

Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauzi mengatakan tahun ini NTT menggelar empat agenda crossborder. Di antaranya Festival Cross Border Atambua pada 27-28 Juli, Festival Cross Border Malaka 23-24 Agustus, Festival Fulan Fehan di Atambua pada Oktober mendatang, dan Konser Musik Crossborder di Timor Tengah Utara pada November nanti. 

NTT merupakan salah satu wilayah pintu masuk wisatawan lintas batas melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Daerah itu diklaim sangat potensial bagi wisatawan asal Timor Leste yang ingin ke Indonesia. Ada tiga pintu masuk yang potensial di area perbatasan. Di antaranya PLBN Mota'ain, Motamasin dan Wini.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kesuksesan agenda wisata crossborder. “Kuncinya adalah sajian musik, seni-budaya, dan kuliner. Ini atraksi menarik untuk menggaet pasar negara tetangga,” kata Arief.

 

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus