Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jepang terkenal sebagai salah satu negara paling sopan di dunia, termasuk dalam menggunakan eskalator. Jepang memiliki tata krama eskalator yang berbeda dengan negara lain. Setiap wilayah Jepang mematuhi peraturan yang memberikan satu sisi eskalator kosong. Hal ini bertujuan memberikan ruangan bagi orang yang terburu-buru untuk naik atau turun tangga eskalator.
Seperti diketahui, di Jepang menerapkan konsep "hairyo", yang berarti pertimbangan. Ini mencerminkan budaya yang berakar kuat pada rasa saling menghormati. Prinsip ini mendorong individu untuk menyadari lingkungan sekitar dan mengantisipasi kebutuhan serta perasaan orang lain dalam interaksi.
Kendati demikian, etika menggunakan eskalator di beberapa wilayah Jepang memiliki sedikit perbedaan. Misalnya, saat di Tokyo, pengguna harus memilih sisi kiri dan membiarkan sisi kanan kosong. Sementara di Osaka, kebijakan ini berlaku kebalikannya, yakni harus berdiri di sisi kanan. Lantas, apa alasan perbedaan menaiki eskalator di Tokyo dan Osaka?
Semua pengguna eskalator di wilayah Kanto dan Tokyo berdiri di sisi kiri eskalator. Dikutip dari laman Tensai Indonesia, alasan ini berasal kebiasaan samurai dari Zaman Edo di Jepang. Kala itu, di Edo (sekarang dikenal sebagai Tokyo) samurai berjalan di sisi kiri jalan. Hal ini dilakukan untuk menghindari gagang atau sarung pedang tersangkut atau menabrak orang yang lewat. Seperti diketahui pedang samurai dipasang di sisi kiri pinggang.
Setelah Restorasi Meiji pada 1868, anggota parlemen yang dulunya samurai, menggunakan kebiasaan ini sebagai pangkalan di mana jalan kereta kuda seharusnya didorong. Dengan demikian, hukum tetap berlaku, dan orang-orang secara nasional terikat oleh hukum untuk beridiri di sisi kiri jalan.
Sebaliknya, di wilayah Kansai (bagian Barat Jepang), khususnya Osaka, semua pengguna eskalator berdiri di sisi kanan. Dikutip dari Nikkei, peraturan di Osaka berasal dari perusahaan kereta Hankyu Railway. Dimana Stasiun Hankyu Umeda dipindahkan dari lokasi Cabang Utama Hankyu Umeda pada 1967. Pada saat itu, eskalator panjang menuju peron lantai tiga dipasang.
Mereka pun menginstruksi supaya orang-orang berdiri di sisi kanan eskalator. Hal ini mempertimbangkan kenyamanan orang yang berhenti dan orang yang berjalan kaki". Pengumuman itu sendiri dihentikan pada 1998, setelah penyandang disabilitas di tangan kanannya tidak punya pilihan selain berdiri di sisi kiri.
Dikutip dari Ikidanenippon.com, peraturan ini juga berawal pada 1970, ketika Osaka menjadi rumah untuk Pameran Dunia. Pengumuman tersebut menyatakan bahwa Jepang harus mematuhi standar internasional (kecuali Australia), dimana pengguna eskalator wajib berdiri di sisi kanan.
DIkutip dari Tensai Indonesia, berdiri di sebelah kanan di Osaka juga berakar dari Era Edo.Kala itu, sebagian besar Osaka ditempati oleh pedagang dan pedagang. Para pedagang di Osaka membawa barang-barang dan tas-tas mereka dengan tangan kanan, Hal ini agar tidak menabrak orang di sisi yang berlawanan dengan barang atau tas mereka. Akibatnya, kebiasaan ini belum diubah, dan bahkan hingga saat ini.
Alasan terakhir berdiri sebelah kanan di eskalator di Osaka adalah Word Fair pada 1970. Dikutip dari Nikkei, Expo ini diadakan tiga tahun setelah pengumuman di Stasiun Umeda. Saat itu kehadiran dunia meramalkan lonjakan turis internasional ke Osaka. Untuk mengakomodasi para pelancong dari luar negeri, penduduk setempat mengadopsi sisi kedudukan mayoritas dunia, yakni berdiri di sisi kanan eskalator.
Mila Novita berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Pariwisata Jepang Beri Perhatian Ekstra ke Turis, Ini Bentuknya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini