Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Peringatan Hari Nusantara tahun 2023 di Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY, dipusatkan di Laguna Pantai Depok, Bantul, Rabu 13 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam peringatan Hari Nusantara ini digelar sejumlah kegiatan. Mulai dari aksi penanaman pohon di kawasan pesisir, penebaran benih ikan bandeng dan kirab budaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu juga ada demonstrasi dari Satuan Perlindungan Masyarakat atau Satlinmas, kolaborasi dari Satpol PP DIY, Direktorat Polisi Perairan Korps Kepolisian Perairan dan Udara atau Ditpol Airud, Polda DIY dan Badan SAR Nasional.
"Yogyakarta memilih peringatan Hari Nusantara di Laguna Depok Kabupaten Bantul, sebagai simbolisasi sekaligus implementasi visi misi rencana jangka menengah yang memprioritaskan kawasan pesisir selatan," kata Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Paku Alam X.
Mengusung tema Merajut Konektivitas Nusantara dan Ekonomi Maritim dari Titik Nol Jalur Rempah, Paku Alam mengatakan visi Yogyakarta menyongsong abad Samudera Hindia untuk kemuliaan martabat manusia.
"Cita-cita pemberdayaan samudra sebagai sumber peradaban baru, dengan menghidupkan kembali visi maritim, untuk menggali setiap potensi bahari sembari menjaga kelestariannya," kata dia.
Paku Alam menuturkan Indonesia adalah negara kepulauan atau archipelago state, yang dikelilingi lautan dengan kedaulatan yang diakui melalui konsep deklarasi Juanda.
Dari titik tolak pemikiran Deklarasi Juanda, Paku Alam menilai pembangunan sektor kelautan di berbagai tempat, ruang dan waktu, serta menjadikan laut sebagai tumpuan masa depan bangsa merupakan hal penting.
Potensi kekayaan sektor maritim
Ketua Umum Panitia Peringatan Hari Nusantara Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta 2023, Tri Saktiyana mengatakan, momentum Hari Nusantara kali ini mengajak masyarakat dan para peserta mengenang kembali potensi kekayaan nusantara khususnya sektor maritim.
Tri Saktiyana menuturkan pada masa penjajahan Belanda berdasar Territoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie atau TZMKO tahun 1939, lebar wilayah laut ditentukan hanya 3 mil dari kontur pulau.
"Dengan sempitnya wilayah laut ini, maka antar pulau-pulau di nusantara terdapat wilayah laut internasional yang memisahkan," kata dia.
Pada 66 tahun yang lalu, persisnya pada 13 Desember tahun 1957, Perdana Menteri Indonesia Djuanda Kartawijaya mendeklarasikan lebar wilayah laut dari 3 mil menjadi 12 mil laut.
"Manfaat dan akibat yang didapat dari deklarasi Djuanda ini adalah wilayah laut Indonesia semakin lebar dan kedaulatan Indonesia semakin kuat. Pulau menjadi terhubung menyatu dengan pulau yang lain, melalui laut, tidak boleh lagi kapal-kapal asing berlalu lalang antar pulau," imbuh Tri Saktiyana.
Pilihan editor: Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember