Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Yogyakarta melansir prakiraan cuaca di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pasca Gunung Merapi mengeluarkan awan panas Sabtu hingga Selasa, 11-14 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer terkini, prakiraan cuaca di kawasan Yogyakarta mulai 15 hingga 17 Maret 2023 teridentifikasi mulai bertambahnya potensi curah hujan," kata Kepala Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Yogyakarta Warjono, Selasa petang, 14 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Potensi bertambahnya potensi curah hujan pasca erupsi itu lebih dipicu adanya pusat tekanan rendah di Samudera Pasifik sebelah timur Filipina yang berpotensi menimbulkan pola angin belokan atau shearline di wilayah Yogyakarta meski secara umum pola angin masih timuran.
Dari pantauan profil vertikal kelembapan udara yang cukup tinggi, sekitar 70-90 persen serta labilitas lokal pada siang hari yang cukup kuat turut berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Yogyakarta. "Kondisi-kondisi tersebut masih dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem dalam periode tiga hari ke depan," kata Warjono.
Hujan deras sempat menyelimuti kawasan Merapi dan perkotaan Yogyakarta pada Selasa siang hingga sore. Dari pantauan seputar Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Sleman, sempat terjadi hujan di puncak Merapi kurang lebih satu jam mulai pukul 14.35 WIB hingga 15.30 WIB dengan jumlah total curah hujan 44 mm.
Warjono mengatakan dari pembacaan atmosfer tersebut, BMKG Yogyakarta juga memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang masih dapat terjadi di wilayah tertentu Yogyakarta.
Pada 15 Maret 2023, misalnya, wilayah yang berpotensi dilanda hujan lebat disertai angin dan petir antara lain Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman serta Kabupaten Kulon Progo bagian utara. Lalu 16 dan 17 Maret 2023, cuaca ekstrem berpeluang meluas sampai Kabupaten Gunungkidul bagian utara.
"Kami mengimbau masyarakat waspada potensi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi itu," kata Warjono.
Pada hari keempat sejak mengeluarkan awan panas pada Sabtu pekan lalu, pada Selasa ini Merapi masih mengeluarkan awan panas setidaknya tiga kali dari pukul 00.00 sampai 22.00.WIB dengan jarak terjauh 2 kilometer ke barat daya.
Pakar Iklim dan Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Emilya Nurjani mengatakan erupsi Gunung Merapi secara umum tidak memengaruhi cuaca di Yogyakarta. Termasuk suhu udara di wilayah Yogyakarta yang dalam beberapa hari terakhir dirasakan cukup panas uga tidak ada kaitannya dengan erupsi.
“Kenaikan suhu di wilayah Yogya bukan karena erupsi, tetapi lebih karena fenomena urban heat island yang umum terjadi di wilayah perkotaan,” kata Emilya.
Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM itu menyebut bahwa guguran awan panas Merapi memang muncul hingga radius 7 kilometer. Kendati begitu, ketinggian Gunung Merapi yang mencapai 2.900 meter di atas permukaan laut itu menyebabkan awan panas terbawa angin kencang dan berubah menjadi debu vulkanik tidak meningkatkan suhu secara signifikan.
“Proses erupsi Merapi tidak memengaruhi suhu, namun aerosol yang dihasilkan mungkin akan berpengaruh dalam menaikan maupun mengurangi suhu, tergantung angin,” kata Emilya.
Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta warga sementara waktu tetap menjaga jarak aman terkait masih aktifnya erupsi Gunung Merapi. "Untuk masyarakat hati-hati, jangan ada di pinggir-pinggir sungai (berhulu Merapi) dulu, jaga jarak setidaknya lebih dari tiga kilometer dari Merapi," ujarnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.