Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis perhotelan atau industri hospitality, terbilang paling parah mengalami imbas negatif wabah virus corona. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebut tingkat okupansi hanya 10-15 persen. Penutupan wilayah dan pembatasan jarak fisik membuat orang enggan bepergian dan menginap di hotel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, tingkat okupansi yang rendah itu diimbangi dengan lama inap yang meningkat. Jika sebelumnya tren pemesanan didominasi oleh penginapan untuk jangka pendek-menengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rata-rata lama menginap para tamu 1-3 hari. Bahkan dalam sebulan terakhir, terdapat lebih banyak pemesanan kamar yang dilakukan untuk jangka panjang, dengan rata-rata durasi menginap 7-14 hari.
Tren ini diperkirakan juga didukung adanya imbauan untuk karantina mandiri setidaknya selama 14 hari, bagi mereka yang bepergian dari negara atau kota lain. Mereka yang menginap dalam jangka panjang juga didominasi tamu yang tidak dapat bekerja dari rumah, seperti para tenaga medis dan pekerja di sektor vital (perbankan dan logistik).
Namun usai pandemi dalam masa new normal, hotel diprediksi bakal pulih perlahan-lahan dengan hidupnya pariwisata domestik. OYO Indonesia, melakukan riset terkait perubahan kebiasaan, tren dan preferensi masyarakat dalam melakukan perjalanan wisata.
Menurut OYO Indonesia, destinasi wisata domestik diprediksi semakin digemari dan bertumbuh pada pascapandemi dan era normal baru.
Menurut Country Head Emerging Business OYO Indonesia, Eko Bramantyo, hal ini disebabkan karena industri pariwisata juga masih dituntut untuk menjalankan operasional sesuai dengan protokol kesehatan. Protokol tersebut berpengaruh pada melambungnya harga tiket transportasi. Dengan begitu wisatawan lebih memilih destinasi wisata yang tak begitu jauh dari tempat tinggal mereka.
Perjalanan domestik tersebut mendorong pertumbuhan sektor pariwisata lokal. Para wisatawan juga diprediksi cenderung melakukan perjalanan ke tujuan yang lebih terpencil, dan tidak banyak kerumunan orang.
New normal juga mendorong wisatawan cenderung memilih staycation di hotel budget, dengan skala kecil yang memberikan pengalaman menginap unik.
Hotel-hotel butik dengan kapasitas yang lebih kecil ini, akan lebih diminati karena dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam new normal. Pasalnya, para tamu menghindari kerumunan orang demi menjaga jarak sosial dan higienitas terjamin saat menginap.
Bobox ditujukan untuk milenial yang ingin hangout atau staycation. Foto: @bobobox_id
Selain itu, OYO juga memprediksi bahwa peran teknologi akan menjadi lebih krusial dalam mendukung industri wisata dan hospitality.
Salah satu poin penting peranan teknologi di industri hospitality adalah mempersiapkan industri untuk memberi rasa aman bagi para pelanggan ketika mereka harus bepergian. Salah satu yang mengalami peningkatan, adalah pemesanan kamar melalui mekanisme pemesanan tanpa kontak fisik.