Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Saat Para Pejabat Yogyakarta Berlakon di Pentas Ketoprak, Ada Tujuan di Baliknya

Hal yang dikejar dari pentas ketoprak itu adalah bagaimana para pejabat membangun kedekatan dengan publik yang dilayaninya setiap hari.

4 Desember 2022 | 15.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah pejabat di Yogyakarta bermain ketoprak bersama di Monumen SO 1 Maret Sabtu 3 Desember 2022. Dok. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Panggung terbuka monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 2022 di kawasan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta tampak dipadati masyarakat dan wisatawan, Sabtu petang, 3 Desember 2022. Malam itu, para warga disuguhi pentas ketoprak yang agak lain dari biasanya. Sebab, pemainnya adalah belasan pejabat di Yogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam ketoprak yang mengangkat lakon Crah Agawe Bubrah, Rukun Agawe Santosa (berseteru membuat bubar, rukun membuat sejahtera) itu, para pejabat tampak tampil luwes dengan perannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti tokoh Botoh Dirga yang diperankan Kepala Kepolisian Daerah DIY Inspektur Jenderal Suwondo Nainggolan, Botoh Amir diperankan Bupati Gunungkidul Sunaryanta, dan Nyi Jaya Sudarga yang diperankan Rektor UGM Ova Emilia.

Ada pula sosok Miranti yang diperankan Komandan Pangkalan Angkatan Laut Yogyakarta Damayanti serta suami Miranti yang diperankan Gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta Eko Dono Indarto.

Pada peran lain, tampak sosok Mirjan yang diperankan Penjabat Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana, lalu tokoh Mardi yang diperankan Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sumadi dan Pringga yang diperankan Komandan Landasan Udara Adisutjipto Yogyakarta Azhar Aditama.

Sedangkan tokoh Ki Ajar Rumeksa diperankan Ketua Pengadilan Tinggi Yogyakarta Setyawan Hartono dan tokoh Nyi Ajar dibawakan Kepala Kejaksaan Tinggi DIY Katarina Endang Sarwestri. Ada pula penari kawakan Didik Nini Thowok sebagai bintang tamu.

“Saya baru pertama kali menyaksikan ketoprak di tempat ini, ini tidak sekadar ketoprak, karena yang dipentingkan bukan penampilan dan penggunaan bahasanya yang bagus," kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menonton acara itu.

Dalam pertunjukan yang disutradarai seniman Bambang Paningron itu, Sultan mengatakan hal yang dikejar dari ketoprak itu adalah bagaimana para pejabat membangun kedekatan dengan publik yang dilayaninya setiap hari. "Makanya saya minta panggung ketoprak bukan yang tinggi, agar interaksi dengan masyarakatnya juga dekat," kata dia.

Sultan menuturkan dari ajang ketoprak pejabat ini, para pejabat didorong bisa luwes meski dengan latar tugas berbeda-beda. "Ketoprak ini juga ajang apresiasi karya, antara pemain yang diperankan pejabat dan masyarakat sebagai penonton, bisa membangun sikap menghargai," kata dia.

Dari pertunjukan ini, Sultan pun berharap beragam pesan kebaikan di dalamnya tersampaikan. "Yang terpenting juga bagaimana pejabat itu bisa membangun kedekatan dengan publik, pejabat perlu berinteraksi dengan masyarakat,” ujarnya. 

Berdurasi dua jam, ketoprak pejabat ini mengisahkan Ki Jaya Sudarga yang (diperankan budayawan Romo Budi Subanar), seorang saudagar terkaya di Yogyakarta yang terhasut untuk menjadi seorang lurah. Sejumlah tokoh telah siap mendukungnya.

Keinginan menjadi lurah itu tentu menimbulkan gejolak dalam keluarganya terutama sang istri Nyi Jaya Sudarga. Meski begitu, Ki Jaya Sudarga pantang mundur meski banyak rintangan menghadang. Tokoh Mingun yang diperankan Dalijo bertindak sebagai tim sukses Ki Jaya Sudarga yang memberikan suap kepada masyarakat agar memilih Ki Jaya Sudarga sebagai lurah. 

Salah satu yang menolak adalah keluarga Miranti dan sementara suami Miranti yang bersikukuh memilih Ki Jaya Sudirga.

Sang sutradara, Bambang Paningron, secara khusus menghadirkan tema seputar kejujuran dan kerukunan mengingat sebentar lagi masyarakat akan menghadapi tahun politik menjelang Pilpres 2024.

Anggota Dewan Kebudayaan DIY ini juga menyebut ketoprak merupakan sarana yang tepat untuk mendekatkan pejabat dengan rakyat. “Karena ketoprak adalah seni tradisi yang paling dekat dengan masyarakat, maka bahasa yang digunakan dalam dialog bisa menggunakan bahasa Indonesia," kata Bambang.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus