Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Sampanye di atas bekas kapal haji

Pesta tahun baru di jakarta, dilarang bermewahan. para pengusaha hotel banyak yang rugi. mariana jaya ancol menyelenggarakan pesta th baru 1981 diatas bekas kapal haji.(hb)

3 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERAPUNG-APUNG di Teluk Jakarta, sekitar 3 km dari Pantai Ancol, bekas kapal haji Cut Nyak Dien menampung pesta sampanye. Tepat pukul 00.00 lampu padam sekejap. Peluit panjang dari cerobong ditimpali bunyi terompet-terompet panjang yang terbuat dari kartun. Topeng-topeng dibuka dan gelas-gelas sampanye pun diangkat tinggi-tinggi: Puncak acara malam Tahun Baru 1981, di geladak lantai ketiga Cut Nyak Dien, telah dilalui secara meriah. Lepas dari acara tersebut, sekitar 500 orang yang melepas Tahun 1980 dengan acara New Year's Eve On Board Tbe Ship dihadang berbagai acara. Ada yang memilih duduk di teras, menikmati acara santap tengah nalam, dalam acara Supper Time. Cukup banyak pula yang menonton Peter O'Toole dan Barbara Harsey main film Touch Danger. Sebagian lagi dengan menentang kantuk, asyik menyaksikan pertunjukan erotik yang disebut saja sebagai Modern Dance Show. Tak kurang pula jumlahnya yang ikut berjoget-goyang disko. Nah, yang tak biasa bergadang, rupanya lebih suka menunggu pagi di kabin-kabin yang telah sedikit dipulas menyerupai kamar pada kapal pesiar. Acara pagi juga telah tersedia. Nasi goreng telur dan roti dihidangkan setelah orang-orang yang mengantuk tersebut digigit sinar matahari pertama 1981. Tentu saja tak ketinggalan musik folksong menggiring pengunjung meninggalkan Cut Nyak Dien, sekitar pukul 08.00, pada akhir pesta. Itulah salah sebuah pesta Tahun baru di Jakarta, walaupun dengan acara yang biasa-biasa saja, cukup memikat juga. Untuk menghadirinya, dap peserta yang dipungut bayaran Rp 25 ribu, harus ditambang dari Pantai Marina Ancol ke tengah laut dengan perahu motor. Oleh keunikannya itulah, acara yang diselenggarakan Marina Jaya Ancol lebih dapat mengundang pengunjung, dibanding dengan acara di berbagai hotel di Jakarta yang tak punya kesempatan bersaing. Dengan tarif tak boleh lebih mahal dari Rp 25 ribu, seperti ditentukan Gubernur DKI, manajemen hotel memang tak mungkin berlomba-lomba menyelenggarakan acara mahal: kontrak-kontrak mereka dengan pengisi acara dari luar negeri terpaksa dibatalkan. Ribuan Dollar Oriental Disco di Hotel Hilton, misalnya, malam itu -- walaupun semarak -- tak lebih dari acara biasa saja. Hilton sebelumnya menjanjikan acara khusus dengan mengundang rombongan penyanyi Brotherhood of Man dari Inggris dan penari Satin Bells dari Las Vegas. Acara yang sedianya akan diselenggarakan di Libra Ballroom, dengan karcis Rp 70 ribu/orang (disediakan 40 meja @ 10 kursi), terpaksa dibatalkan. Rugi? Sudah pasti, "sampai ribuan dollar," kata Titi Samhani, pejabat hotel tersebut. Ganti kerugian kepada artis asing yang sudah dikontrak sejak enam bulan lalu, tentu saja, tidak kecil. Belum lagi untuk seala macam keperluan publikasi. Sedangkan untuk menggantinya dengan acara lain, kata Titi," nggak ada waktu lagi." Acara di Hotel Indonesia Sheraton, yaitu di ruang Nirwana dan Ramayana, memang berlangsung seperti direncanakan. Tamunya, sekitr 750-an, masing masing ditarik Rp 25 ribu. Mereka disuguhi penampilan dan suara penyanyi lokal, Margie Segers, ditambah sebuah grup dari Australia, Birchal & Co. Semula, menurut pejabat penerangan hotel tersebut, Arifin Pasaribu, pengunjung hendak ditarik Rp 50 ribu/orang. Oleh peraturan gubernur, kata Arifin, tarif tersebut terpaksa dikorting separuhnya. Hal itu mungkin, lanjutnya pula, karena artis yang didatangkan dari luar negeri sesungguhnya bukan spesial untuk menyambut tahun baru. Palingpaling, "keuntungan dari acara tersebut menjadi tipis -- kami ikut prihatin dan memantu pemerintah untuk tak bermewah-mewah." Yellia S. Mangan, Humas Hotel Sari Pacific di Jalan Thamrin, menyambut kerugian hotelnya yang sekitar Rp 5 juta, hanya dengan tertawa. Penyajian Fourth Congregation dan Penthouse Seven, itu grup nyanyi & tari dari Filipina, terpaksa dibatalkan. Padahal, katanya, uang muka untuk artis yang dikontraknya dan untuk segala macam persiapan telah telaniur dikeluarkan. Pengunjung Flores Room di Hotel Borobudur, di Lapangan Banteng, tidak kehilangan acara. Grup penyanyi dari Amerika, The Platters, tampil seperti dijanjikan. Cuma, asal tahu saja, dengan membayar separuh harga dari yang ditentukan semula (dari Rp 60 ribu menjadi Rp 30 ribu), kesenangan para tamu tentu saja jadi ikut terkorting: menu makanan berkurang -- setidaknya tanpa sampanye gratis untuk toast pada pukul 00.00. Dan dengan menjual karcisnya lebih tinggi dari yang ditentukan gubernur, menurut Ratna H. Krisman, Asisten Direktur Pemasaran hotel tersebut, Borobudur masih dapat pula menyisihkan hasil penjualannya untuk amal. Marina Jaya Ancol, penyelenggara pesta tahun baru di atas kapal, agaknya pandai berkelit. Bukan saja atas nama amal untuk Yayasan Pengembangan Pulau Seribu, tapi juga penurunan harga karcis memang tak sampai mengurangi menu makanan maupun acara. Hanya saja, di samping harga karcis yang harus dibayar setiap peserta, penyelenggara membuka penawaran-penawaran lain yang meminta agar pengunjung merogoh kantungnya lagi. Tambahan tersebut, yang tak masuk biaya pesta, misalnya Rp 20 ribu untuk sewa kamar. Toh, pengunjung bekas kapal haji itu tak banyak protes. Sehingga bagi para penyelenggara seperti kata Ratna dari Borobudur: "the show must go on ...."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus