Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Covid-19 atau wabah virus corona, membuat umat manusia berpikir keras mengendalikannya, sekaligus kian mendekat kepada Tuhan. Untuk mendekatkan diri dengan doa atau meditasi, desainer Danielle Baskin membuat aksesoris kaca pesawat penumpang, yang mirip kaca patri yang biasa ditemukan di gereja atau masjid-masjid abad pertengahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun aksesoris untuk kabin pesawat tak punya pasar yang bagus, namun konsep “kaca patri” ini sangat cocok saat manusia sedang berefleksi dan berlindung dari wabah. Sebagaimana dinukil dari CNN Travel, Baskin menciptakan film "kaca patri" yang pas di jendela pesawat, mengubah interior kabin menjadi sesuatu yang lebih spiritual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada saat saya memikirkan jendela pesawat bermotif, virus corona baru saja mulai menyebar secara global dan banyak penerbangan masih beroperasi," katanya kepada CNN Travel. "Kupikir objek ini akan menjadi cara untuk mengubah pesawat Anda menjadi tempat berdoa jika kamu takut sakit."
Seperti Warna Warni Kaca Patri
Motif hiasan kaca pesawat buatan Baskin, terbuat dari kaca film fleksibel yang ditempelkan pada kaca pesawat. Jadi penumpang bisa menggulungnya di tas dan tak perlu khawatir lepas dari kaca, usai menempelnya. Bahkan, setelah disiram air sabun atau disemprot disinfektan, kaca film berpola ini tetap mengkilap. Baskin membuatnya dalam dalam lima ukuran jendela: Airbus A330, A350, Boeing 707-767, 777X dan 787. Untuk pesawat A330 - seharga US$ 25 berukuran 9 inci x 23 inci, untuk ukuran jendela terkecil dan termurah - sudah terjual habis.
"Orang-orang yang memesannya mengatakan akan menyimpannya di jendela rumah untuk mengingatkan mereka tentang rencana perjalanan di masa depan," kata Baskin. Meskipun laris, Baskin menganggap film kaca bermotif itu, hanya tren sesaat. Pasalnya, pada waktu mendatang, penumpang tak lagi merasa khawatir untuk bepergian.
Sementara itu, Baskin memiliki proyek lain untuk membangkitkan semangat di masa-masa sulit ini. Pada 1 Maret, ia dan kolaboratornya Max Hawkins meluncurkan QuarantineChat, sebuah aplikasi gratis yang secara acak menghubungkan pengguna dengan orang-orang yang tinggal di rumah di seluruh dunia.
Baskin memiliki ide mempertemukan sesama warga yang dikarantina, karena sepertiga dari populasi dunia hidup di bawah batasan terkait virus corona.
"Saya telah dipertemukan dengan orang-orang di seluruh dunia - Berlin, Hiroshima, Dubai, Dijon, Madrid - dan setiap panggilan, terasa seperti saya ada di dalam suasana mereka, terutama ketika saya mempelajari detail tentang apa yang mereka alami," kata Baskin.
Danielle Baskin menciptakan berbagai produk, mulai dari masker berwajah, kaca patri, hingga aplikasi chatt bagi mereka yang dikarantina. Foto: daniellebaskin.com
Aplikasi semisal WhatsApp menjadi riuh karena semua orang bosan di rumah, sementara Zoom menjadi aplikasi video yang banyak diunduh, karena bisa digunakan untuk telekonferensi. Salah satu proyek Baskin lainnya adalah Virtual Background Awards, untuk menghargai inovasi dalam komunikasi virtual.
"Saya membuat proyek seperti ini karena saya berharap orang menemukan kegembiraan, humor, kreativitas, dan persahabatan baru bahkan selama masa-masa yang penuh gejolak ini," kata Baskin. QuarantineChat dapat diunduh di Playstore dan iOS.