Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Tetap ada permainan baru

Tvri jakarta menyajikan acara baru yaitu kwis aneka, pencetusnya ani sumadi. permainan ini mempergunakan panelis yang mencoba menebak tamu gelap atau menebak profesi tamu.(hb)

28 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIANG itu studio TVRI di Senayan, Jakarta, penuh pengunjung dan riuh tawa. Sebuah rekaman sedang berlangsung, untuk acara Kwis Aneka yang disiarkan 22 Juli. Keempat panelis: Rahayu Effendi (bintang film), dr. Amir Siregar SH (pengasuh acara TV 'Cepat Tepat'), Ida Ayu Utami Pidada (anggota DPR) dan Chaerul Umam (aktor, sutradara film) mencoba menebak seorang 'tamu gelap' yang duduk di belakang dinding penghalang. Banyak pertanyaan dilontarkan untuk menjajagi siapa sesungguhnya sang tamu. Ketika sampai pada batas waktu (12 menit), dan para panelis berembug sebentar untuk membulatkan dugaan, lalu menyebut "Rudi Hartono", penonton bertepuk. Tebakan yang jitu. Acara itu muncul di layar teve dua minggu sekali, pada hari Ahad, sejak 10 Juni. Ini memang berbeda dengan kwis lainnya seperti Pundi Kwis, Pantomim Ria, Suka Hati dan lain-lain, meski pencetusnya dia-dia juga Ani Sumadi. "Ide untuk menyelenggarakan Kwis Aneka sudah ada sejak tiga tahun lalu," kata Ani. Tak heran jika bentuk permainan dalam kwis yang satu ini diusahakan untuk selalu berbeda setiap kali. Yang pernah ditampilkan misalnya: para panelis mengadakan tanya-jawab dengan tamu gelap secara berhadapan untuk menebak profesinya. Ada lagi, para panelis disuruh menebak dokter mana yang asli di antara ketiga orang yang semuanya mengaku dokter. Dalam hal ini pertanyaan panelis hanya dijawab dengan gerakan oleh para "dokter" itu. Tentu saja, untuk jenis ini Ani Sumadi harus memilih profesi standar yang bisa diungkapkan dengan gerak. Di situlah tantangannya. Apalagi karena untuk setiap pemunculan ditampilkan 2 jenis permainan. Yang repot bahkan tak cuma Ani Sumadi -- para panelis pun harus sangat tanggap dan sigap. Pun para tamu gelap. Misalnya, panelis harus mampu membuat pertanyaan -- dalam bentuk yang cuma meminta jawaban 'ya' atau 'tidak' -- yang bisa menggiring tamu dalam waktu singkat sampai terbuka kedoknya. Dan si tamu musti ikut bermain juga agar para panelis tak gampang menebak, meski tentu ia harus jujur. Untuk menjaga kejujuran itulah agaknya Kris Biantoro dipasang sebagai moderator atau wasit. "Di Amerika kwis semacam ini ini bertahan sampai dua puluh lima tahun kata Kris. Lalu diakuinya karena penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku agama dan kebudayaan, "agak sulit mencari gaya yang sesuai." Ia pun menyebut bahwa panelis akan selalu berjumlah 4 orang. "Tidak setiap orang bisa menjadi panelis," ujarnya. Sebab dibutuhkan pengetahuan luas, keberanian berbicara, ketelitian, "dan sadar: bahwa ia sedang dibohongi," Kris menjelaskan. Menurut Rahayu Effendi, "tim panelis harus kompak. Sebab di akhir kwis kita harus membuat resume." Dites Menurut Ani Sumadi, dalam 6 bulan pertama hanya akan dibentuk 4 kelompok panelis. Yang sudah terbentuk baru Rahayu Effendi dan kawan-kawan serta Rae Sita dkk. Apa yang jadi panelis harus orang terkenal, atau pejabat? "Supaya lebih menarik, saya mengusahakan agar dalam setiap tim, paling tidak, ada satu orang terkenal," kata Ani. Karena itu, "saya agak sulit mencari calon panelis maupun calon mistery guest waktu itu, ketika acara ini akan dimulai," tuturnya. Dan sebagaimana biasa semua harus dites dulu -- oleh Ani sendiri dan Kris Biantoro. Juga tamu gelap perlu dites dan beberapa kali berlatih di rumah Ani -- terpisah dari panelis. Apakah banyaknya peminat sekarang ini (untuk tamu maupun panelis) disebabkan oleh adanya hadiah? Seorang panelis misalnya, jika kelompoknya berhasil menebak, memperoleh Rp 40 ribu atau sebuah pundi yang isinya entah apa. Jika si tamu gelap berhasil menyembunyikan diri, pun mendapat tabanas Rp 40 ribu. Tapi jika masing-masing gagal, hadiah cuma dari sponsor. "Tapi saya senang pada permainan ini bukan karena hadiahnya. Melainkan karena kita dipaksa berpikir dan ditantang," kata Ida Ayu Utami Pidada. Yang penting dari acara ini memang segi hiburannya. Dan bagaimana perasaan panelis kalau gagal menebak? "Rasanya malu," ucap Ida Ayu. Padahal permainan ini cukup sulit, meski kelihatannya gampang," kata Rahayu. "Pernah ada orang bilang kami cuma main-main saja. Dikiranya semua itu sudah diatur," kata Ida Ayu lagi. Kris Biantoro punya usul. "Kalau bapak-bapak kita seperti Pak Domo mau ikut serta sebagai mistery guest, misalnya pasti tambah seru, deh! Lalu tambahnya: "Toh mereka juga manusia biasa yang butuh hiburan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus