Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan sejumlah objek wisata alternatif yang sudah beroperasi kembali di masa pandemi Covid-19 harus tetap memperhitungkan risiko cuaca buruk di musim penghujan ini. Objek wisata alternatif yang dimaksud seperti aktivitas susur sungai bawah tanah dan gua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, objek wisata alternatif itu yang sudah diizinkan menerima kunjungan lagi seperti Gua Pindul dan Kali Suci.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami minta utamakan keselamatan wisatawan dan juga pengelola diutamakan, agar ketika hujan deras datang, objek-objek wisata itu tidak melayani pengunjung terlebih dahulu,” ujar Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Harry Sukmono, Rabu, 14 Oktober 2020.
Dinas Pariwisata Gunungkidul pun sudah mendapat wanti-wanti dari Badan Meteorologi dan Klimatologi Fisika Yogyakarta bahwa musim hujan kali ini datang lebih cepat pada pertengahan Oktober ini.
Selain itu, La Nina menimbulkan potensi hujan deras yang dapat cepat meluapkan debit air sungai-sungai serta gelombang tinggi di wilayah perairan selatan DIY.
Hery mengungkapkan saat ini destinasi yang melibatkan objek sungai, para pengelola telah memasang alat peringatan dini atau early warning system (EWS) untuk mendeteksi dampak La Nina dalam memicu debit air. "Alat pemantau ketinggian air ini sudah dipasang seperti kalau Kali Suci di bagian hulu. Sedangkan di Gua Pindul ada pengawas khusus yang memantau debit ini,” ujarnya.
Dinas Pariwisata Gunungkidul hingga saat ini telah melakukan ujicoba operasional tak kurang dari 50 destinasi dengan dominasi kawasan pantai.
Antrian panjang puluhan wisatawan memasuki area mulut Gua Pindul, dusun Gelaran 2, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta, 8 Juli 2016. Selama susur Goa Pindul wisatawan akan disuguhkan beberapa ornamen batu stalagtit masih aktif maupun sudah tidak aktif yang menghiasi Goa Pindul. TEMPO/Pius Erlangga
Pakar iklim yang juga Sekretaris Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Yogyakarta Andung Bayu menuturkan akibat tingginya curah hujan karena pengaruh La Nina tahun ini, diprediksi bencana yang akan sering terjadi adalah banjir dan longsor.
Banjir ini terjadi akibat simpanan permukaan (surface storage) tidak mampu menampung air hujan yang lebih tinggi daripada biasanya. Sementara longsor terutama disebabkan oleh peningkatan beban tanah yang semakin berat akibat terisi oleh air hujan yang meresap ke dalam tanah.
Oleh karena itu, hal-hal yang harus dipersiapkan adalah antisipasi kejadian banjir dan longsor. "Jika hujan deras terus-menerus terjadi pada daerah rawan banjir masyarakat harus waspada. Demikian juga jika muncul retakan-retakan di tebing yang merupakan tanda-tanda akan longsor," kata Andung.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunungkidul Edy Basuki mengatakan pihaknya terus memonitor dan tak henti meminta wisatawan yang beraktivitas di tepi pantai lebih waspada akibat adanya fenomena La Nina ini.