Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Wisata ke Rumah Rayap Tanah di Merauke Papua, Terbuat dari Kotoran dan Air Liur

Wisata rumah rayap di Merauke, Papua, menyuguhkan pesona satwa rayap yang mampu membangun rumah yang kokoh hingga setinggi lima meter.

5 Januari 2021 | 12.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Destinasi wisata 1000 Musamus di Merauke, Papua. Foto: Hari Suroto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki jenis rayap tanah yang unik. Namanya Nasutitermes triodiae, sejenis rayap tanah buta yang hanya ada di Merauke, Papua, dan Australia bagian utara. Masyarakat umumnya mengenali rayap ini sebagai semut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Merauke, tempat para rayap tanah buta ini membuat rumah menjadi salah satu destinasi wisata menarik. Saat berkunjung ke Wisata 1000 Musamus di Merauke, wisatawan bisa menyaksikan sendiri betapa kokoh dan apiknya rumah buatan rayap tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan rayap tanah ini memiliki keahlian membangun sarang dengan sistem ventilasi yang baik, sampai ke ruangan di dalamnya sesuai fungsi masing-masing. Rumah-rumah rayap ini sepintas mirip Candi Prambanan di Jawa Tengah.

"Berdiri kokoh di permukaan tanah, tinggi rumah rayap dapat mencapai lima meter, dan mampu bertahan hingga puluhan tahun," kata Hari Suroto kepada Tempo, Selasa 5 Januari 2021. Rumah rayap itu berbentuk mengerucut dengan bagian bawah ditopang oleh tiang-tiang penyangga yang menyerupai lembaran atau bentuk sisi luar dari buah belimbing.

Rumah rayap atau musamus di Merauke, Papua. Suku Marind Anim yang tinggal di Kabupaten Merauke menyebut rumah rayap tanah itu sebagai bomi. Foto: Hari Suroto

Material rumah rayap tanah ini adalah pasir kuarsa, tanah liat, dan lumpur. "Sebagai perekatnya, yaitu kotoran dan air liur rayap," kata Hari Suroto. Rumah rayap tanah itu hanya ditemukan di daerah vegetasi Eucalyptus dan hutan dataran rendah Merauke.

Suku Marind Anim yang tinggal di Kabupaten Merauke menyebut rumah rayap tanah itu sebagai bomi. Meski begitu, rumah rayap ini juga populer dengan nama musamus dan dijadikan logo Universitas Musamus. Rayap ini hanya ditemukan di Merauke dan Australia bagian utara. "Ini menjadi bukti bahwa pada Papua dan Australia pada masa Pleistosen, pernah menjadi satu daratan," ucap Hari Suroto.

Pria yang mengajar arkeologi di Universitas Cenderawasih ini menjelaskan, rayap tanah tersebut berukuran 5 milimeter, hidup berkelompok dengan dipimpin oleh seekor ratu rayap, dan memakan tumbuhan. Rayap mengandalkan bakteri simbiosis dari protozoa yang membantunya mencerna selulosa tumbuhan yang menjadi makanannnya.

Rumah rayap atau musamus di Merauke, Papua. Foto: Hari Suroto

Rayap ini memiliki kebiasaan yang unik, selalu memberikan makanan bercampur mikro organisme ke rayap lainnya. "Kebiasaan ini disebut sebagai proses proctodeal trophallaxis," kata Hari Suroto. Rayap mengeluarkan kotoran bercampur mikroba lewat anus dan rayap di belakangnya akan memakan kotoran tersebut.

Kabupaten Merauke terletak di dataran rendah yang sangat sulit untuk mendapatkan batu. Sebab itu, Suku Marind Anim kerap menggunakan bongkahan rumah rayap tanah tadi sebagai media dalam tradisi memasak bakar batu. Caranya, bongkahan rumah rayap atau bomi dibakar dengan kayu. Setelah merah membara, bongkahan bomi disusun di permukaan tanah.

Semua jenis makanan yang dibungkus dengan daun pisang, ditaruh di atas bakaran bomi. Lalu di atas makanan ditaruh lagi bomi panas kemudian ditutup rapat dengan kulit kayu bus. Tidak boleh ada celah atau asap yang keluar. Setelah 30 hingga 45 menit, bomi dibongkar dan makanan siap dinikmati.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus