Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Meski menyandang status sebagai destinasi wisata utama, angka kecelakaan lalu lintas (laka lantas) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ternyata sangat tinggi. Pada 2022 lalu, DIY sempat menempati urutan keempat kasus kecelakaan terbanyak di Indonesia dan baru pada 2024 ini keluar dari 10 besar peringkat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jalanan Yogyakarta kian padat mobilitas wisatawan dan pelajar-mahasiswa. Kepadatan ini meningkatkan potensi kecelakaan lalu lintas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dengan situasi kerentanan laka lantas di Yogya itu, kami hari ini mulai melatih pengemudi ojol (ojek online) agar bisa juga memiliki pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) jika menemui kasus kecelakaan di jalanan," kata Direktur Lalu Lintas Polda DIY Komisaris Besar Polisi Alfian Nurizal di sela memberi pelatihan ojol di Kantor Direktorat Lalu Lintas Polda DIY Jumat, 19 Juli 2024.
Pelatihan BHD bagi kalangan ojol di Yogya ini yang pertama dilakukan di Indonesia.
Dalam pelatihan yang melibatkan tenaga medis rumah sakit, Dinas Kesehatan DIY dan Jasa Rahardja itu, Alfian menuturkan, banyak kasus kecelakaan terjadi sebenarnya bisa dicegah tingkat keseriusannya asalkan korban mendapat pertolongan awal secara benar dan cepat. Hal ini yang ditekankan dalam pelatihan bagi para ojol itu.
"Misalnya ketika para pengemudi ojol ini melihat korban kecelakaan sudah tidak ada denyut nadi atau jantung, mereka dilatih tim medis memberikan pertolongan pertama secara benar sampai bantuan medis datang," kata Alfian.
Diikuti 3.000 Pengemudi Ojol
Total ada 3.000 pengemudi ojek online di wilayah DIY diberi pelatihan yang digelar mulai 19 Juli hingga 10 Oktober 2024 itu. Pelatihan digelar setiap hari Senin hingga Jumat dengan peserta 50 pengemudi setiap hari.
Alfian menuturkan, kalangan pemgemudi ojek online menjadi sasaran pelatihan ini bukan tanpa alasan. Selain jumlahnya yang sangat banyak dan tersebar hampir di setiap sudut Yogya, jam operasional mereka juga lebih fleksibel.
"Aktivitas umum dan wisata Yogyakarta hampir 24 jam setiap hari, dengan adanya kerja sama dengan pengemudi ojol ini monitoring juga lebih terbantu," kata dia.
Dapat Reward dari Polda
Bukan kerja sia-sia. Kalangan pengemudi ojol yang bersedia membantu penanganan kasus kasus kecelakaan itu akan mendapatkan reward dari Polda DIY.
"Mereka (driver ojol) yang bersedia meluangkan waktu dan membuka hatinya membantu penanganan kecelakaan yang diketahui, dari yang mungkin sebenarnya kasus itu fatal bagi korbannya tapi jadi terselematkan berkat driver ini, tentu ada reward," kata dia.
Reward yang bisa diperoleh pun bukan sekadar ukuran materi seperti uang dan penghargaan. Anak atau kerabat keluarga driver yang menolong korban kecelakaan itu bisa mendapatkan kesempatan mengikuti test masuk kepolisian dan diprioritaskan.
"Tujuan kami melibatkan semua pihak menjaga Yogya tetap nyaman dan aman, orang tua yang anaknya bersekolah di sini juga nyaman karena berbagai pihak memonitor dan wisatawan yang mengalami musibah di jalanan bisa mendapatkan pertolongan lebih cepat," kata Alfian.
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie menuturkan pelibatan lebih banyak kalangan masyarakat seperti driver ojol ini krusial untuk pertolongan pertama korban kecelakaan.
"BHD (Bantuan Hidup Dasar) ini menjadi jembatan penting sebelum tenaga kesehatan datang," kata Pembajun.
BHD ini penting karena kondisi-kondisi darurat kecelakaan lalu lintas bisa terjadi kapan saja di mana saja.
Diatih Menangani Henti Jantung
Kepolda DIY Inspektur Jenderal Polisi Suwondo Nainggolan menuturkan pelatihan bantuan hidup dasar itu menjadi ruang berbagi ilmu dengan pengendara ojek online, termasuk keamanan mereka saat berkendara.
Suwondo menjelaskan kasus henti jantung selama ini masih menjadi penyebab tertinggi kasus kematian di Indonesia, yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Penyebabnya beragam, mulai dari kelelahan, penyakit bawaan, hingga kecelakaan lalu lintas.
"Dalam menangani henti jantung terdapat istilah golden time (waktu emas) yaitu 4 hingga 10 menit pertama yang sangat penting untuk menyelamatkan nyawa seseorang sebelum bantuan medis profesional tiba," kata dia.
Bantuan hidup dasar yang dilatihkan kepada para pengendara ojol menjadi langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas atau henti jantung.
Suwondo mengatakan, jika para pengemudi ojol ini menemukan kecelakaan di jalan raya di Yogyakarta, mereka bisa memberikan pertolongan pertama dengan baik dan benar. Para ojol juga akan dibekali bantuan penyangga leher misalnya ketika harus mengangkat korban kecelakaaan ke area aman.