Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Korupsi merupakan tindakan kejahatan yang sering kali melibatkan penggunaan istilah atau kode rahasia untuk menyamarkan praktik korupsi. Modus ini digunakan agar komunikasi antar pihak yang terlibat tidak mudah terdeteksi oleh penegak hukum. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mengungkap berbagai istilah yang digunakan koruptor dalam berbagai kasus korupsi. Berikut adalah daftar istilah yang pernah digunakan.
1. Uang Zakat dalam Kasus Korupsi LPEI
Kasus terbaru yang mencuat ke publik adalah dugaan korupsi pemberian fasilitas kredit di Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Dalam kasus ini, KPK menemukan istilah Uang Zakat digunakan sebagai kode untuk menyamarkan praktik suap. Direksi LPEI meminta jatah dari debitur dengan besaran antara 2,5 persen hingga 5 persen dari total kredit yang dicairkan.
"Memang ada namanya 'Uang Zakat' yang diberikan oleh para debitur ini kepada direksi yang bertanggung jawab terhadap penandatanganan pemberian kredit tersebut, yaitu besarannya antara 2,5 sampai 5 persen dari kredit yang diberikan," kata Plh Direktur Penyidikan KPK Budi Sokmo di Gedung Merah Putih, Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.
Kerugian negara akibat kasus ini diperkirakan mencapai Rp 11,7 triliun. Saat ini, KPK masih mengumpulkan alat bukti untuk memperkuat dakwaan sebelum melakukan penahanan terhadap para tersangka.
2. Apel Malang dan Apel Washington
Dalam kasus suap Wisma Atlet Jakabaring, Angelina Sondakh menggunakan kode Apel Malang untuk menyebut uang rupiah dan Apel Washington untuk uang dolar AS. Percakapan ini terjadi dalam komunikasi antara Angelina dan Mindo Rosalina Manulang melalui BlackBerry Messenger. Penggunaan nama buah bertujuan agar percakapan mereka tidak mencurigakan jika disadap oleh pihak berwenang.
3. Nomor Sepatu
Kasus suap di Mahkamah Agung (MA) yang menyeret Andri Tristianto Sutrisna juga menggunakan sandi unik, yaitu nomor sepatu. Dalam komunikasi dengan rekannya, Andri menanyakan ukuran sepatu sebagai kode untuk besaran uang suap. Sebagai contoh, ketika disebut ukuran sepatu 25, itu berarti jumlah uang suap yang diberikan adalah Rp 25 juta.
4. Kacang Pukul
Kode Kacang Pukul digunakan dalam kasus suap yang melibatkan Gubernur Riau nonaktif, Annas Maamun. Istilah ini digunakan untuk memberitahukan bahwa uang suap telah dikumpulkan dan siap diserahkan kepada penerima. Kacang pukul sendiri merupakan makanan khas Riau, yang digunakan sebagai sandi untuk menyembunyikan pembicaraan mengenai suap dalam kasus ini.
5. Ekor dan Ton Emas
Dalam kasus suap yang melibatkan Akil Mochtar, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), kode ekor dan ton emas digunakan untuk menyebut jumlah uang suap. Misalnya, satu ekor berarti sejumlah uang tertentu, sementara tiga ton emas merujuk pada uang suap sebesar Rp 3 miliar.
6. Resep Dokter
Kode Resep Dokter digunakan dalam kasus suap yang melibatkan staf Mahkamah Agung, Djodi Supratman, dan pengacara Mario Bernando. Dalam komunikasi mereka, istilah resep 100 butir berarti permintaan uang suap sebesar Rp 100 juta. Selain itu, istilah pasien digunakan untuk menyebut pihak pemberi suap, sementara dokter merujuk pada penerima suap.
7. Ustad, Pesantren, dan Kiai
Dalam kasus korupsi pengadaan Al Quran yang menyeret pengurus Partai Golongan Karya, Fahd A. Rafiq, serta putra anggota Komisi Agama DPR, Dendy Prasetya, kode ustad, pesantren, dan kiai digunakan. Kiai merujuk pada politikus di Senayan.Ustad adalah simbol bagi pejabat di Kementerian Agama. Sedangkan Pesantren digunakan untuk menyebut partai politik yang menerima aliran dana dari proyek tersebut.
Kode ini digunakan agar komunikasi mengenai pembagian uang tidak mudah dipahami oleh pihak luar atau penegak hukum.
Naomy Ayu Nugraheni dan Ade Dwi Yandwiputra turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Korupsi LPEI Bermula dari Laporan Sri Mulyani dan Kini Sudah Ada 12 Tersangka
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini