Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nuryanto mulanya kaku sewaktu menjawab pertanyaan. Namun, begitu tahu pewawancara berasal dari Tegal, ia menjadi lebih santai. "Jawabannya harus bagus, soalnya diwawancara," kata lelaki kelahiran Desa Randudongkal, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, itu. Berikut ini wawancara Syailendra Persada dengan Nuryanto selama 45 menit di markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Jumat pekan lalu.
Anda lulusan sekolah dasar, tapi dalam selebaran Anda pakai gelar MBA, untuk apa?
Ha-ha-ha..., itu hanya bercanda. Kawan-kawan maksudnya "master bubur ayam".
Bagaimana mulanya Anda mengawali bisnis "investasi" ini?
Saya pergi merantau dari kampung pada 1999. Saat itu saya ke Sawangan, Depok. Awalnya saya jualan cilok dari sekolah ke sekolah. Setahun kemudian, saya mencoba berjualan bubur ayam di Pasar Sawangan dengan nama "Pandawa". Saya kan lima bersaudara. Semuanya laki-laki. Bubur Pandawa sempat punya beberapa cabang, tapi pada 2005 bangkrut. Akhirnya, dengan modal sedikit, saya mencoba membuka koperasi simpan-pinjam kecil-kecilan di Pasar Sawangan.
Koperasi? Maksudnya jadi tukang kredit keliling?
Iya, seperti itu. Dulu, saat berjualan bubur, saya sering lihat ada yang pinjam uang, lalu bayarnya pakai bunga. Makanya saya tertarik. Saya tanya ke sana-sini soal mekanisme pinjaman itu. Rupanya labanya tinggi. Maka, sambil jualan bubur, saya coba tawarkan pinjaman uang ke pedagang di pasar.
Bagaimana ceritanya koperasi Anda bisa sampai besar?
Rupanya, bisnis sampingan ini banyak didengar orang. Apalagi perputaran uang lancar. Beberapa pelanggan bubur saya kemudian menitipkan uang untuk diputar ke pedagang di pasar. Karena bisnis semakin besar, ada beberapa kawan yang mengusulkan untuk membuka PT (perseroan terbatas). Akhirnya saya setuju. Modal awalnya Rp 500 juta, saya pinjam dari Pak Haji asal Padang. Pada 2008, saya mendirikan Pandawa. Nah, pada 2011, mulai besar.
Bagaimana Anda memutar uang investor?
Kami menghimpun dana dari investor. Tiap investor akan mendapat 10 persen dari nilai uang yang ditabung setiap bulan. Lama kontraknya 12 bulan per investor. Uang itu kemudian saya putar ke pedagang di pasar untuk modal mereka. Nah, tiap pedagang kena bunga 20 persen. Saya menggunakan model "MLM", mulut ke mulut, untuk menjaring investor.
Apakah Anda pernah ikut bisnis multilevel marketing?
Pernah, tapi enggak sampai setahun, sekitar 2008. Waktu itu saya cuma penasaran bisnis MLM itu seperti apa. Di Pandawa, saya adopsi istilah mereka. Makanya ada istilah leader dan downline. Investor yang bisa mengajak investor lain saya sebut leader. Tingkatannya sampai bintang delapan. Nah, mereka yang berbintang ini mendapat komisi satu persen dari investasi orang yang bisa diajak.
Berapa jumlah investor Pandawa?
Kalau yang di bawah banyak sekali, 5.000-an mungkin ada. Saya enggak ngitung karena mereka langsung berhubungan dengan leader. Baru nanti leader ke saya. Memang ada investor yang langsung ke saya tapi sedikit. Leader ini yang mencari investor baru. Total ada 230 leader. Satu leader dalam sebulan bisa mendapat omzet Rp 20 miliar.
Dari kalangan mana saja investor Anda?
Macam-macam orangnya. Ada tukang batu, petani, karyawan perusahaan, polisi, dan tentara. Pokoknya banyak banget.
Bagaimana Anda meyakinkan calon investor?
Modalnya saling percaya. Saya juga berusaha membayarkan keuntungan investasi dengan lancar. Pada dasarnya orang-orang ini percaya karena yang menawarkan dianggap sudah sukses.
Anda hanya menyalurkan duit investasi ke pedagang pasar atau ada usaha lain?
Sejauh ini hanya ke pedagang di pasar. Memang ada rencana buka minimarket tapi keburu ditangkap.
Kalau tak ada pedagang yang mau pinjam uang Anda, berarti perputaran uang mandek….
Iya, ini yang terjadi setahun belakangan. Uang yang masuk lebih besar daripada yang keluar sehingga duit itu mandek. Ya, akhirnya gali lubang tutup lubang saja. Kalau ada yang masuk, terus saya pakai untuk bayar ke orang lain. Seperti itu. Dan ini bukan salah saya. Saya pernah meminta para leader stop mencari investor, tapi ternyata tidak bisa. Tetap saja ada yang datang.
Dan Anda terus menerima setiap orang yang datang….
Tidak sepenuhnya ke saya. Ada yang langsung ke leader. Hanya sebagian kecil.
Anda disebut membeli banyak aset….
Ah, itu untuk pengajian. Saya punya majelis taklim.
Ketika Otoritas Jasa Keuangan meminta Anda berhenti dan membayar ganti rugi kepada nasabah, kenapa Anda malah kabur?
Pertama, saya telah membayar Rp 500 miliar pakai uang pribadi. Kedua, saya tidak kabur, tapi diculik oleh para leader. Mereka ketakutan kalau Pandawa ditutup nanti enggak mendapat uang. Saya dengar ada leader yang kabur ke Yogyakarta bawa duit Rp 7 miliar. Saya ini korban para leader yang serakah. Saya minta tutup, mereka lanjut. Seharusnya ini ditanggung renteng, mereka juga bertanggung jawab.
(Menurut Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Wahyu Hadiningrat, polisi sedang memburu beberapa leader Pandawa. Sebab, mereka memainkan uang dari investor yang jadi korban. "Tapi Nuryanto juga mendapat keuntungan dari kelakuan para leader itu. Ia menerima laba," kata Wahyu. "Kalau merasa dikerjain leader, seharusnya dia menyerah sejak awal, dan enggak kabur."Polisi juga menduga ada pencucian uang hasil penipuan dengan cara dibelikan berbagai jenis aset. Karena itu, polisi sedang mencari aset Nuryanto di sejumlah daerah. "Kebanyakan ia membeli tanah atau rumah di luar Jawa," ujar Wahyu.)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo