Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Aksi Dua Jebolan SD

Kuwat dan Kumeidi telah menggarap 8 rumah mewah. Terakhir 2 rumah bekas Pangdam & gubernur Ja-Teng. sebelum beroperasi mereka membuat denah. Kepergok, karena keburu nafsu menjual barang curian. (krim)

29 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALIPUN sekolah dasar tidak tamat, Kuwat dan Kumeidi tergolong pencuri yang memakai otak. Sebelum melakukan operasi, mereka mempersiapkan denah rumah yang akan dijadikan sasaran. Dan rumah yang dijadikan sasaran, umumnya, bukan milik orang sembarangan. Tercatat, antara lain rumah Mayor Jenderal (pur) Soerjosoempeno, bekas Pangdam Diponegoro dan rumah Mayor Jenderal (pur) Moenadi, bekas Gubernur Jawa Tengah -- keduanya di Semarang. Selama empat bulan terakhir, sedikitnya sudah delapan rumah mewah dimasuki Kuwat dan Kumeidi tanpa ada yang memergoki. Kuwat, 25, dan Kumeidi. 23, baru bisa ditangkap, baru-baru ini, karena mereka terlalu keburu nafsu menjual hasil curian dengan harga dibanting. Sebentuk cincin bermata berlian senilai Rp 1 juta mereka jual cuma Rp 100 ribu di Salatiga -- 40 kilometer dari Semarang. Kumeidi memang asli Salatiga, sedangkan temannya, Kuwat, asal Ambarawa. Menurut Kapoltabes Semarang, Letkol I.W. Karya masih ada satu lagi rekan mereka yang belum tertangkap. Namanya: Totok. Dia ini residivis, dan diduga dialah yang menjadi motor semua operasi yang dilancarkan. Pencurian di rumah Soerjosoempeno terjadi pertengahan Februari lalu. Ketika itu, tuan dan nyonya rumah sedang pergi menghadiri selamatan seribu hari wafatnya bekas Gubernur Jawa Tengah, R. Mochtar. Satu jam kemudian, saat kembali ke rumah, didapati sebuah jendela sudah tercongkel. Uang Rp 2,5 juta dan emas perhiasan senilai Rp 15 uta amblas. Dari rumah Moenadi, di Jalan Wungkal, mereka hanya bisa menggondol sepatu dan sejumlah pakaian. Mungkin mereka takut keburu dipergoki Hansip yang menjaga rumah tersebut. Tapi, dari rumah yang lain, umumnya, kawanan Kuwat memperoleh jarahan yang lumayan. Maklum, yang dimasuki adalah rumah orang berada. "Yang saya incar memang mereka yang rumahnya bagus dan punya mobil. Saya tidak tahu itu rumah bekas gubernur atau bekas pangdam," kata Kumeidi. Ia mengaku, peralatan yang dibawa dalam operasi hanyalah sebuah obeng kecil, yang digunakan untuk mencongkel jendela. Denah rumah yang akan dijadikan sasaran, menurut Kumeidi, mereka buat setelah melakukan pengamatan. Dalam melakukan pengamatan, mereka mengaku berlagak sebagai tukang loak. Setelah memperhatikan letak pintu, jendela, dan kamar yang diperkirakan tempat emas perhiasan serta uang disimpan, lalu "Denahnya baru dibikin," ujar Kumeidi. Denah semacam itu diakuinya sangat membantu dalam pencurian yang kemudian dilakukan. Sekaligus, katanya, "Kami bisa tahu jalan untuk lari, bila sekali waktu kepergok." Pada November 1985, Kumeidi memang pernah kepergok menenteng karung berisi radio dan sejumlah barang rongsokan. Ketika itu, ia terpaksa dilepas kembali, karena tak ada yang melapor telah kecurian. Juga, karena Kumeidi bisa meyakinkan polisi bahwa pekerjaannya adalah tukang rombengan yang biasa keliling kampung. Dan, si "tukang rombengan" ini ternyata cukup gesit juga. Dari hasil menyatroni rumah gedongan, ayah satu anak ini bisa membeli sebuah rumah di Sumowono, Semarang, dan menggaet seorang gadis untuk dijadikan bini muda. Sementara itu, Kuwat, langsung membeli sebuah mobil yang digunakan untuk bergaya. Letkol I.W. Karya masih tak yakin Kuwat dan Kumeidi beroperasi berdua. Ia menduga ada orang lain di belakang Kuwat dan Kumeidi. Kedua tersangka yang tak tamat SD itu, menurut I.W. Karya, tak akan mampu dan terpikir untuk memhuat denah dalam beroperasi. "Tapi, sejauh ini pencurian mereka agaknya hanya sekadar ingin menjarah benda berharga. Belum terungkap ada motif lain," kata I.W. Karya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus