Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Tergulungnya Geng Kelasi PHK

Kelompok Boy yang melakukan pencurian di toko-toko berpintu gulung di Semarang diringkus. Tertangkapnya setelah mencoba mencuri di toko Spectator Optic. Para pelaku mengaku bekas kelasi yang di-PHK. (krim)

29 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERNYATA pintu gulung (rolling door) masih belum menjamin keamanan toko. Polisi Semarang bahkan sempat dibikin pusing oleh dua kasus pencurian pada dua toko berpintu gulung, di pusat kota itu, yang tanpa meninggalkan jejak. Yang digasak maling itu adalah toko arloji A. Gaos, di Jalan Agus Salim, dan toko peralatan mobil Variasi Mobil Turbo, di Jalan Gajahmada. Dari toko A. Gaos mereka menggasak tiga ratus buah arloji dan uang tunai Rp 2 juta, sedangkan dari toko Variasi Mobil Turbo 28 buah tape mobil. Yang sempat dicatat polisi, waktu itu, kedua aksi pencurian modusnya sama: memotong tangkai gembok, dan menguakkan pintu gulung. "Ini terhitung modus baru di Semarang," ujar Kapoltabes Semarang Letkol (Pol.) I Wayan Karya, pekan lalu. Terbongkarnya pencurian modus baru ini, pada suatu sore di hari libur bulan lalu, ketika satuan patroli polisi Semarang melihat dua pemuda mondar-mandir di depan toko Spectator Optic, di Jalan Gajahmada, Semarang. Di depan bangunan Spectator Optic itu, diparkir sebuah Suzuki Carry, sementara pintu gulung toko tersebut tampak terkuak sedikit. Padahal, toko-toko lain di sepanjang jalan itu semua tutup. Kedua pemuda itu tampak panik, dan mencoba menyingkir, ketika mobil patroli polisi tersebut berhenti. Dan, keduanya, segera dibekuk. Sayang, empat kawan mereka yang sedang mengemasi barang curian, ketika polisi memburu ke dalam toko, keburu kabur lewat loteng. Dan, berhasil lolos, sekalipun polisi melepaskan tembakan. Dari kedua pemuda itu, polisi berhasil menyita, antara lain, sekarung kaca mata uang tunai Rp 6 juta, sebuah linggis kecil, lampu senter, dan sebuah gunting besar dari baja. Gunting itu mempunyai tangkai sepanjang 75 cm, dan biasa digunakan untuk memotong pelat besi di perusahaan karoseri mobil. Kepada polisi, kedua pemuda itu mengaku bernama Mas'ut, 30, dan Agus, 30. Berdasarkan informasi dari Agus dan Mas'ut, Unit Resmob Poltabes Semarang berhasil meringkus tiga dari empat kawan mereka yang buron itu di Jakarta termasuk Boy, pimpinan geng pencuri itu. Kawanan maling ini mengaku sebagai bekas kelasi, yang terpaksa ganti profesi karena PHK. "Mereka lebih sering beroperasi di luar Jakarta," ujar Lettu Zulkarnaen, Kepala Unit Resmob Poltabes Semarang. Dan, kelompok yang berpangkalan di Ibu Kota ini, menurut Zulkarnaen, selalu beroperasi secara terencana. Agus dan Mas'ut bertugas melakukan orientasi medan, dan tugas ini biasanya memakan waktu satu dua hari. Seperti dalam operasi pembongkaran toko Spectator Optic, Mas'ut dan Agus tiba di Semarang, dua hari lebih duluan dari rekan mereka yang lain. Keduanya, dalam operasi, bertugas menjaga mobil dan mengawasi keadaan luar. Sedangkan pemotongan gembok dengan Kunting baja dan mengungkit pintu gulung dengan linggis dilakukan oleh yang lain. Ketika di depan polisi kebolehan gunting baja itu didemonstraslkan, para petugas tampak geleng-geleng kepala melihat kerja para pencuri tersebut. "Gembok sebesar apa pun tak jadi halangan, dan rolling door memang sasaran yang empuk," ujar I Wayan Karya. KOMPLOTAN bekas kelasi itu memang selalu mengincar toko, sebagai sasaran, karena hasilnya mudah dijual. Dengan mengaku sebagai pelaut, kelompok itu tampak mudah meyakinkan calon pembeli. "Barang curian itu dikatakan mereka sebagai barang selundupan," tutur Zulkarnaen, lulusan Akademi Kepolisian 1981. Tak lama setelah kelompok Boy digulung, polisi Semarang juga berhasil menjaring komplotan serupa dari Surabaya. Tak tanggung-tanggung, kawanan ini menggunakan mobil Mitsubishi sewaan berwarna putih untuk operasi mereka. Gerak-gerik mobil putih itu mencari mangsa ternyata menarik perhatian polisi Semarang. "Karena mencurigakan, mobil itu kami buntuti terus," tutur I Wayan Karya. Ternyata benar setelah diperiksa, dalam mobil itu diketemukan gunting baja besar, linggis, senjata tajam, dan dua obeng besar. Di depan polisi, geng itu, yang menamakan diri kelompok Besi Tua, mengaku sedang mencari sasaran di Semarang. Keempat anggota Besi Tua ini adalah buronan polisi Surabaya. Dan, ini kebetulan saja, pimpinan kelompok Surabaya bernama Mas'ut, seperti nama salah satu anggota kelompok Jakarta. Tapi, belum terungkap, mengapa kawanan Boy dan geng Mas'ut tergiur beroperasi di Semarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus