Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Koran Setempat Tetap Raja

Pemasaran koran ibu kota dan koran daerah lebih merata di banding sistem moneter. Koran daerah di daerahnya masing-masing tetap mendominasi. Sedang pers Jakarta hanya tambahan saja. (md)

29 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANGGAPAN bahwa koran ibu kota menguasai pasar di daerah, dan dengan begitu mengancam koran setempat, dibantah Christianto Wibisono. Direktur Pusat Data Bisnis Indonesia, yang sering menulis di berbagai koran ini, mengemukakannya dalam diskusi "Pertumbuhan Pers sebagai Industri" yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun ke-15 TEMPO dua pekan lalu. Menurut Chris, 41, sistem pers kita ternyata lebih merata dibanding sistem moneter. Menurut laporan Bank Indonesia Februari 1986, dana pinjaman yang disalurkan semua bank di Jakarta Rp 12.855 milyar atau 60,17% dari posisi perkreditan seluruh Indonesia. Deposito berjangka di Jakarta 74,46% dari seluruh deposito di Indonesia. Selain itu 70,64% dari uang giral seluruh Indonesia bermukim di Jakarta. Namun, Jakarta ternyata cuma menyedot 32,7% dari seluruh oplah media cetak seantero Indonesia. Chris, yang dalam diskusi itu menjadi pembanding terhadap pembicara Jakob Oetama, yang menyajikan sejumlah data menarik dalam makalahnya - yang diolahnya dari inventarisasi Deppen 1983. Misalnya tentang penyebaran koran Jakarta di daerah. "Jika di suatu provinsi telah terbit media yang tangguh, niscaya koran itu akan menjadi tuan rumah, sedang pers dari Jakarta hanya menjadi pelengkap atau bacaan sekunder saja," kata Chris. Misalnya di Jawa Barat. Di provinsi ini, jelas Pikiran Rakyat yang menguasai pasaran. Sekitar 76% oplah PR (95 ribu dari oplah total 125 ribu) beredar di Ja-Bar. Meski Ja-Bar "kemasukan" Kompas sebanyak 60 ribu eksemplar dan Pos Kota 30 ribu, PR ganti menyerobot masuk Jakarta sebanyak 15 ribu eksemplar tiap hari. Provinsi lain juga dimasuki PR, antara lain Ja-Teng (2.600) dan Sum-Ut (2.300). Di sembilan provinsi lain yang memiliki koran yang tangguh keadaannya sama. Di Ja-Teng, yang mendominasi pasaran tetap Suara Merdeka, di Jawa Timur Jawa Pos dan Surabaya Post. Di luar Jawa juga begitu. Di Kal-Sel, Banjarmasin Pos menjadi raja setempat, sedang Sum-Bar tetap dikuasai Haluan dan Singgalang. Kehadiran koran Jakarta di daerah, ternyata hanya menjangkau selapis tipis pembaca setempat dan majalah bisa merangsang pertumbuhan pers daerah, asalkan dikelola secara profesional dan bisa memenuhi selera pembaca setempat tentu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus