TURINO Junaedy berkata: "Kami sedang diterpedo! "
Sutradara dan produser PT Sarinande ini tidak sedang membuat
film. Namanya banyak disebut orang belakangan ini untuk suatu
"musibah ' katanya, yang tampaknya sulit dijelaskannya sendiri:
Isterinya, Nyonya Emma Hilma Turino, dituduh membuat hutang di
sana-sini dalam jumlah yang bukan mainannya. Bahkan, tak luput
pula dari dakwaan menggelapkan atau menipu, yang meliputi
jumlah milyaran rupiah. "Untuk menjaga martabat keluarga," kata
Turino, "apapun akan saya lakukan. "
Dia tidak menjelaskan apa yang telah dilakukannya. Hanya
keadaannya memang sudah runyam. Sejak 30 Nopember lalu, katanya,
angin jelek mulai bertiup. Teman-teman searisan isterinya
bermunculan menuntut pembayaran uang arisan yang macet.
Tak dapat memenuhi tagihan, Turino dan isterinya membiarkan saja
para penagih menguras isi Dinas Corner - butik di pojok rumah
mereka yang megah di Jalan Radio Dalam. Bahkan, menurut Turino,
rumah mereka yang di komplek perumahan Pondok Indah juga --
rela tak rela -- telah diserahkan kepada salah serang penagih.
Mobil mewah mereka, Mercy Tiger, juga sudah tidak tampak
diparkir di halaman rumah.
Kegiatan arisankah yang menggulung keluarga Turino Junaedy ini
Memang arisan yang bukan main. "Kalau tahu dari dulu pasti saya
larang isteri saya ikut arisan."
Aturan Sendiri
Bentuk arisan itu gede-gedean. Tidak dikenal dan dapat dimasuki
oleh sembarang orang. Di samping menuntut persaratanya
menyetorkan sejumlah uang yang tidak kecil, dari mulai Rp 25
ribu sampai Rp 500 ribu, arisan kalangan ini juga punya aturan
main tersendiri. Di sini tidak berlaku aturan arisan biasa:
setor sejumlah uang setiap bulan dan menunggu giliran menarik
yang ditentukan dengan undian. Di sini dipakai cara yang
disebut call.
Contohnya begini. 10 orang peserta mengikuti arisan,
masing-masing Rp 100 ribu tiap bulan. Dalam arisan biasa,
peserta --secara bergiliran, menurut undian yang ditarik
masing-masing pasti akan menerima penuh Rp 1 juta. Dalam arisan
call giliran menarik ditentukan menurut keberanian. Penarik
ialah peserta yang bersedia menerima paling kurang dari Rp 1
juta di antara penawaran peserta lain. Misalnya yang berani
menerima cuma Rp 750 ribu. Jika itulah penawaran yang terendah,
peserta lain hanya berkewajiban membayar masing-masing Rp 75
ribu.
Bagi ibu-ibu yang berkemampuan di bawah Rp 500 ribu/bulan,
misalnya tapi ingin juga masuk ke dalam kalangan ini, tak
tertutup jalan. Mereka yang tergolong 'ekonomi lemah' ini boleh
merger'. Dengan bergabung 7-10 orang, misalnya, grup mereka ini
bisa ikut arisan dua sampai tiap porsi lebih.
Call bisa dilakukan dengan semacam lelang terbuka atau tertutup
dalam amplop. Keberanian peserta menawar tentu disesuaikan
menurut kebutuhan. Yang lebih teliti lagi memperhitungkannya
dengan tingkat bunga pinjaman di luaran.
Hotel Dan Restoran Mewah
Namun tak jarang pula orang memilih menarik belakangan. Sebab.
mereka pasti akan menarik arisan itu secara penuh, lebih dari
apa yang pernah disetorkan tiap-tiap bulan. Hitung-hitung
kelebihan itu sebagai bunganya.
Acara penarikan, biasanya awal bulan, dilakukan di restoran di
hotel-hotel mewah. Penanggungjawabnya salah seorang dari mereka
yang disebut 'bandar'. Dia seperti menjadi penjamin seluruh
peserta bagi peserta yang menang. Maka tugasnya juga menagih
setoran yang seret. Itulah sebabnya seorang bandar mendapat
perangsang dia boleh menarik duluan, dengan jumlah penuh, tanpa
call.
Nah, Nyonya Emma Turino itulah salah satu aktivis arisan call,
baik sebagai bandar maupun peserta biasa. Harian Sinar llarapar
yang mengungkapkan kehebohan yang terjadi menyebut namanya dalam
singkatan. Tapi majalah Aktual menyebutnya terang-terangan.
Akhirnya orang pun tahu.
Nyonya Emma memang bandar besar, yang membawahi sekitar 27 grup.
Anggota masing kelompok sampai belasan orang. Setoran
masing-masing grup antara Rp 100 ribu sampai Rp 1 juta tiap-tiap
bulan. Langkah pertama, sebagai bandar, Nyonya Turino tentu
sudah mendapat tarikan pertama dari seluruh arisan yang
dibandarinya.
Tapi, setelah menarik sesuai dengan haknya sebagai bandar, ia
tidak dapat memenuhi tanggungjawabnya. Banyak peserta kecewa:
ada yang tak memperoleh haknya sama sekali.
Untuk mengatasi kesulitannya, sementara, isteri produser film
ini mendesak rekan-rekannya untuk menerima surat pernyataan
hutang.
Sebagai peserta Nyonya Turino paling berani. Sampai-sampai ia
berani call untuk menarik hanya 25% dari semustinya. Namun,
setelah menarik ia seret membayarnya kembali.
Peserta yang lain jadi gigit jari. Pengalaman seorang nyonya,
LH, cukup pahit. Dia memimpin salah sebuah grup arisan.
Kewajiban Nyonya Turino pada grup ini, katanya membayar Rp 7
juta tiap bulan sampai entah berapa lama. Karena JnaCet, dan
anggota grupnya tak mau tahu, sampai-sampai rumah nyonya LH ini
"diduduki" anggotanya yang meminta pertanggunganjawabnya. Berapa
yang menjadi tanggungjawab Nyonya Turino seluruhnya? "Sebenarnya
meliputi Rp 7,5 milyar," begitu diungkapkan Sinar Harapan.
Majalah Aktuil mengungkapkan cerita Nyonya CA. Isteri pegawai
negeri ini adalah bandar arisan perorangan dan grup. Nyonya Emma
Turino adalah anggotanya. Tapi untuk beberapa nomor Nyonya CA
juga menjadi anggota yang dibandari oleh Emma. Jadi
timbal-balik.
Sebagai bandar, katanya, isteri Turino ini masih harus membayar
kepadanya sekitar Rp 70 juta. Sedangkan sebagai anggota,
lanjutnya, Nyonya Turino -- yang sudah menarik beberapa nomor --
dia punya kewajiban membayar kembali sampai Rp 288 juta.
Sedangkan kepada grup lain, menurut Nyonya CA - "setelah ibu-ibu
arisan berkumpul" katanya -- ia harus membayar sekitar 23 milyar
rupiah.
Dari Mana?
"Bagaimana menghitungnya sampai memperoleh angka begitu?" kata
Turino membela isterinya. "Kalau dihitung seluruh omset arisan,
artinya yang akan ditarik tiap-tiap bulan, baru mungkin
jumlahnya dapat sekian." Apalagi, lanjut Turino mewakili
isterinya, di situ juga ada hak-hak isterinya yang masih belum
ditarik.
Malah, dikatakannya, macetnya uang arisan "tidak lepas dari
tunggakan anggota yang tidak bisa ditagih oleh isteri saya."
Katanya, ada anggota yang sampai setahun penuh b-lum pernah
bayar
setoran sepeser pun. "Mengapa yang dlberitakan hanya yang
menjadi kewajihan isteri saya saja?" ujar Turino. Ia mcmbantah
bahwa soal ketidakberesan dalam menunaikan hak dan kewajiban
dalam arisan adalah perkara penipuan atau penggelapan.
Singkatnya, bukan kriminil.
Siapa yang nunggak kepada Nyonya Turino? Dan berapa yang jadi
kewajibannya? Untuk yang pertama Turino tak mau menjelaskan.
"Kami sedang menahan diri," katanya. Nyonya Emma Turino sendiri
tak bersedia memberi keterangan. Di Hotel Sahid Jaya, di kamar
1014, minggu lalu mereka tengah menghitung-hitung apa yang
menjadi tanggungjawabnya. "Tidak sampai milyaran, cuma sekitar
Rp 300-an juta," kata Turino.
Angka itu muncul, katanya, karena dalam bisnis arisan kali ini
isterinya memang sedang rugi. "Ada kelemahan manejemen."
Ditambah lagi, katanya, Kebijaksanaan Pemerintah 15 Nopember
lalu juga ikut mendorong ibu-ibu arisan mengejar-ngejar
isterinya. "Mereka tidak memahami betul arti kebijaksanaan
pemerintah itu," ujar Turino.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini