Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Artis indonesia dan pelacur asing

Sejumlah paspor artis indonesia dipalsukan sindikat pemalsuan paspor internasional untuk digunakan para pelacur asing di jepang. a kiang, warga singa pura diduga sebagai otak pemalsuan. kini masih buron.

12 Januari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JANGAN kaget bila Anda menemukan pelacur asing di Jepang memakai nama artis Indonesia. Sebab, puluhan paspor artis Indonesia, termasuk Neno Warisman, Nourma Yunita, Nia Dicky Zulkarnain, atau Christine Panjaitan, sempat dikumpulkan sebuah sindikat pemalsuan paspor internasional untuk digunakan para pelacur asing yang beroperasi di Jepang. Dari 85 artis Indonesia itu, tak sampai 10 buah yang sudah kembali ke pemiliknya. Terbongkarnya kasus pemalsuan ini akhir tahun lalu, menurut sumber TEMPO di Direktorat Jenderal Imigrasi, bermula dari ketaksengajaan. Pada 8 November lalu, seorang pegawai perusahaan penerbangan Garuda Indonesia sedang berada di Bandara Nagoya, Jepang. Di antara orang yang hilir mudik di loket imigrasi dan pabean bandara itu, petugas tersebut mendengar ada dua artis dari Indonesia, Budiah Putih dan Yudith Tresnawati. Merasa bertemu dengan saudara setanah air, petugas Garuda tadi langsung saja bergegas membantu artis-artis cantik itu. Namun, aneh, kedua "artis Indonesia" itu bagaikan orang bisu. Ternyata, mereka tak bisa berbahasa Indonesia. Pegawai Garuda itu curiga dan langsung menyeret mereka ke petugas imigrasi bandara itu. Hasil pemeriksaan petugas imigrasi Jepang menunjukkan bahwa kedua wanita tersebut adalah pelacur asal Muangthai. Di Indonesia, Kantor Imigrasi Jakarta Pusat segera memanggil pimpinan Orkes Melayu Ken Dedes dan Sanggar Tari Widya Budaya, tempat bernaungnya Budiah dan Yudith. Dari informasi mereka, polisi menangkap Masrunah, 47 tahun, Direktur PT Dian Semesta -- sponsor yang merencanakan pemberangkatan artis-artis tersebut ke Jepang. Otak pemalsuan itu, menurut sumber TEMPO di Mabes Polri, diduga adalah A Kiang, yang mengaku warga negara Singapura dan sering mondar-mandir ke Indonesia -- dan hingga kini masih buron. Cara kerja sindikat ini, menurut Dirjen Imigrasi Roni Sikap Sinuraya, pada acara jumpa pers akhir tahun, sudah tercium pada Februari-Juli tahun lalu. Mulanya, A Kiang minta Masrunah mengerahkan artis-artis Indonesia untuk pembukaan sebuah restoran Indonesia di Tokyo. Mendapat order menggiurkan itu, Masrunah mengontak pimpinan Scorpion Enterprise, Elsye Wohan Sukamad, supaya mengkoordinasikan artis-artis Ibu Kota. Elsye menyanggupi, dan akhirnya terkumpullah 85 paspor atas nama artis-artis, termasuk Neno Warisman, Nourma Yunita, dan Nia Dicky Zulkarnain. Juga beberapa artis yang datang dari sanggar tari Galuh Pasundan, Orkes Melayu Ken Dedes, dan Sanggar Tari Widya Budaya. Berperan sebagai sponsor, Masrunah lalu menyiapkan izin kunjungan itu ke Ditjen Kebudayaan Departemen P dan K. Dalam permohonan itu, dia mengaku seolah-olah akan menjajaki kemungkinan pembuatan film nasional Woman and High Technology di Jepang. Untuk mengurus visa para artis itu di Kedubes Jepang, Masrunah minta bantuan William Siwalette dari biro perjalanan Nusra Tours & Travel. Berbekal 85 paspor para artis berikut visa itu, Masrunah kemudian terbang ke Bangkok dan menyerahkan paspor itu kepada A Kiang. Imbalannya, A Kiang membayar uang muka US$ 55.000 kepada Masrunah. Sebagian paspor itu kemudian diganti foto para pelacur Muangthai yang dikirim ke Jepang dan diberi stempel palsu yang sudah disiapkan. Setelah diperiksa, Masrunah diperintahkan Imigrasi berangkat ke Bangkok untuk meminta semua paspor dari tangan A Kiang. Menurut Masrunah, A Kiang menyerahkan kembali 74 paspor artis Indonesia itu kepadanya. Anehnya, katanya, 65 paspor dari 74 paspor yang dikembalikan A Kiang itu hilang di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Artinya, sebagian besar paspor itu masih beredar entah di mana, mungkin nasibnya seperti paspor Budiah dan Yudith. Bagi pihak Imigrasi, terbongkarnya kejadian ini merupakan hadiah tahun baru. "Kasus ini merupakan kejadian terbesar di tahun 1990 yang dilakukan satu kelompok," kata sumber TEMPO di Imigrasi. Sementara itu, para artis Indonesia yang sudah berangan-angan melawat ke Jepang, sejak November lalu, sudah resah. Sebab, tanggal manggung akhir Oktober yang dijanjikan sudah lewat, tapi mereka belum juga berangkat. Molornya waktu itu membuat beberapa artis sempat mencak-mencak dan satu per satu mengundurkan diri. "Saya marahi mereka, dan saya minta kembali paspor saya," kata artis cantik Nourma Yunita dengan nada kesal pada Bambang Sudjatmoko dari TEMPO. Neno Warisman mengaku, sekitar Agustus lalu ia mendapat tawaran dari pimpinan Scorpion Enterprise, Elsye Wohan Sukamad, untuk ikut serangkaian show ke Jepang, Malaysia, dan Brunei. "Saya tertarik karena saya memang belum pernah ke Jepang," katanya. Apalagi, kata Neno, Elsye juga menyebut beberapa nama artis yang sudah bersedia ikut dalam rombongan, antara lain Maryance Mantau, Nourma Yunita, Nia Dicky Zulkarnain, dan Christine Pan- jaitan. Setelah masalah honor disepakati, Elsye lalu meminta paspor Neno. "Katanya untuk mengurus visa," cerita Neno. Ketika hari pemberangkatan tiba, ternyata tak ada kabar dari pihak penyelenggara. Neno lalu menelepon Elsye. Ia mendapat jawaban: "Hari keberangkatan diundur karena perizinannya belum beres." Ketika keberangkatan diundurkan untuk kedua kalinya, Neno mulai curiga. "Paspor langsung saya minta kembali," katanya. Ternyata, tak ada kabar dari pihak penyelenggara, dan Neno menganggap acara itu batal. Belakangan, di media massa Neno baru mengetahui bahwa ada kasus pemalsuan paspor itu. "Syukur, paspor saya sudah dikembalikan. Saya tak sempat dirugikan," katanya (lihat Pokok Tokoh). Karni Ilyas dan Gatot Triyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus