Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ayah penganut ilmu pisang

Dua ayah menggarap darah dagingnya sendiri. ada yang sempat melahirkan empat anak, selama tujuh tahun. kini, keduanya meringkuk di tahanan.

18 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ABUBAKAR Razak Tobubu, 57 tahun, berwajah peot, kulit keriput, kurus, dan jalannya terbungkuk-bungkuk. Namun, di balik fisik yang mengundang belas kasihan itu tersimpan perangai mengganjil, sehingga putri sulungnya sendiri menjadi korban. Sebut saja Henny, kini 21 tahun, melahirkan empat anak dari benih ayahnya sendiri, selama tujuh tahun. Tragedi di Desa Supipi, Halmahera Tengah, itu jadi gunjingan sejak Agustus lalu. Sebab Abubakar dikenal sebagai dukun berilmu hitam ampuh. Sejak istrinya meninggal tahun 1985, ia tak kawin lagi. Mungkin dia menganut ilmu pisang: jika pisang itu berbuah, maka pertama yang memakannya adalah pemiliknya sendiri. Pada suatu malam setahun kemudian, ia membangunkan putrinya. ''Kasih Bapak satu kali saja,'' cerita Henny, meniru pinta ayahnya. Mendengar itu Henny tercenung di ranjang. ''Jika tak kau layani, aku potong lehermu,'' ancam Abubakar. Apalah daya si gadis kurus itu. Ia hanya bisa menangis. Begitu pula ketika ternyata ayah lima anak itu ketagihan. Bukan cuma di rumah, tapi juga di kebun, jauh dari tetangga. Akhirnya Henny hamil, dan ia gagal menamatkan SD. Tahu anaknya hamil, si ayah malah menyuruh anaknya bermain cinta dengan pemuda lain. Dan begitu tahu Henny hamil, pemuda tadi ngacir. Anak pertama lahir tahun 1987, lalu meninggal seminggu kemudian. Tahun 1989, lahir yang kedua. Cuma berusia tiga bulan. Tahun 1991, lahir lagi. Kini anak itu masih dirawatnya. Dua tahun kemudian lahir bayi keempat, dan diserahkan pada orang lain. Di mata penduduk, selama empat kali Henny hamil, tercatat empat pemuda yang minggat dari Desa Supipi. Belang sang ayah mulai tersingkap ketika Henny tak mau lagi melayaninya, suatu siang Agustus lalu. Mereka cekcok. Henny pergi ke tempat pamannya, 10 km dari rumahnya. Di situ dia beberkan semuanya. Selama ini ia takut lapor. Empat adiknya juga diancam. Paman Henny pun melapor ke polisi. Abubakar ditahan di Polres Halmahera Tengah. Pekan ini berita acara pemeriksaannya dikirim ke kejaksaan. Penganut ilmu pisang lainnya adalah Suwarno, 37 tahun, petani di Desa Togoliua, Kecamatan Tobelo, Maluku Utara. Pria tinggi besar ini empat kali kawin-cerai, dikabarkan menggarap dua anak kandungnya dari istri pertama. Sebut saja namanya Gina, 14 tahun, dan Rina, 17 tahun. Keduanya tinggal bersama neneknya di Kelurahan Gamsungi, Kecamatan Tobelo. Gina ikut Suwarno untuk melanjutkan ke SMP di Togoliau. Suatu siang awal Agustus lalu, saat istrinya ke kebun, Suwarno merayap ke kamar anaknya. Mula-mula cuma kangen-kangenan. Tapi Suwarno kemudian membumbuinya dengan ancaman. Dan anaknya itu digaulinya. Habis itu Gina hanya bisa menangis. Ketika Gina minta dipulangkan ke Gamsungi, ayahnya tak mengizinkan. Alasannya, sulit kendaraan. Tapi Suwarno malah pergi ke Gamsungi. Di sana ia menemukan anak sulungnya, Rina, yang sedang tidur. Darah dagingnya ini diterkamnya. Rina meronta, tapi di bawah ancaman ayahnya ia pun menyerah. Lalu menangis. Rina mengadu pada tantenya. Suwarno dicari, tapi tak ketemu. Rina lalu kirim surat pada Gina, mencegah kejadian serupa. Dari adiknya datang balasan bahwa ia pun sudah diesek-esek ayahnya. Urusan ini diadukan tantenya ke polisi. Suwarno ditangkap. Polisi memberkaskan perangai mengotori periuk nasi sendiri tersebut. ''Kasus ini delik murni,'' kata Kapolres Maluku Utara, Letnan Kolonel Wijaya Purbaya, kepada Mochtar Touwe dari TEMPO. WY

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus